"Awalnya sih coba coba, penasaran seperti apa sih rasanya merokok itu, kayanya enak ngeliat orang orang ngerokok. Pertama batuk batuk, lama lama ketagihan."
Begitulah kira kira penuturan sebagian orang ketika ditanya bagaimana awal mulanya mereka merokok. Rokok memang benar benar sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat. Bahkan untuk sebagian orang, mereka lebih memilih untuk tidak makan nasi ketimbang tidak merokok. sebegitu aditktif kah mereka, seakan akan tidak bisa hidup tanpa rokok. Jika mereka bisa memutar ulang waktu mungkin mereka ingin kembali kemasa lalu untuk mencegah diri dari mencoba rokok. Faktanya, banyak faktor bagi seseorang untuk mencoba merokok. terutama untuk remaja yang secara psikologis masih labil dan serba ingin tahu. Sangat sulit untuk menghindari faktor faktor penyebab merokok dalam keseharian sehari hari.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok, yaitu :
Lewin (dalam Komasari & Helmi, 2) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok disebabkan oleh faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orang tua yang merokok dan teman sebaya yang merokok).
Menurut Oskamp (Smet, 1994) seseorang mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial : teman-teman, kawan sebaya,orang tua, saudara-saudara dan media. Sedangkan menurut smet (1994) menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat pendidikan.
Menurut Leventhal (Smet, 1994) merokok tahap awal itu dilakukan dengan teman-teman (64%), seorang anggota keluarga bukan orangtua (23%), tetapi secara mengejutkan bagian besar juga dengan orang tua(14%). Hal ini mendukung hasil penelitian Komalasari dan Helmi (2000) yang mengatakan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orangtua terhadap perilaku merokok remaja dan pengaruh teman sebaya.
Sedangkan hasil Wulandari (2007) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada dewasa awal yaitu afeksi negatif, lingkungan (teori belajar sosial), persepsi kontrol perilaku, sikap dan norma-norma subyektif. Riset mengungkapkan sebanyak 54,59% remaja dan perempuan merokok dengan tujuan mengurangi ketegangan dan stres. Lainnya beralasan untuk bersantai 29,36%, merokok sebagaimana dilakukan pria 12,84%, pertemanan 2,29%, dan agar diterima dalam kelompok 0,92%.
Menurut Brandon (1994) merokok digunakan untuk mengatur afeksi,terutama afeksi negative yaitu perasaan sedih, marah dan distress. Bahkan lebih dari setengah penyebab kambuhnya perilaku merokok berhubungan dengan afeksi negative (Bliss, Garvey, Heinhold & Hitchcock, 1989,Shiffman 1982; shiffman, Hickcock, Paty, Gnys, Richard & Kassel, 1997).
Menurut Mu’tadin (dalam Nasution, 2007), faktor penyebab seorang remaja merokok adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, faktor kepribadian dan pengaruh iklan.
a. Pengaruh orang tua. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif. Orang tua yang merokok bisa menjadi contoh yang paling kuat bagi anak dalam memutuskan merokok .Keluarga yang terbiasa dengan perilaku merokok dan menjadi permisif dengan hal tersebut sangat berperan untuk menjadikan anaknya terutama remaja untuk menjadi perokok. Kebiasaan merokok pada orang tua berpengaruh besar pada anak-anaknya yang berusia remaja. Ini dikarenakan masa remaja merupakan masa pencarian identitas dan masa dimana individu mulai ingin mencoba-coba sesuatu hal yang baru termasuk merokok. Orang tua terkadang tidak menyadari bahwa setiap kepulan asap yang dihembuskan dari sebatang rokok yang dihisapnya tidak luput dari perhatian anak.
c. Faktor kepribadian. Orang mencoba merokok adalah karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit, membebaskan diri dari kebosanan.
d. Pengaruh iklan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
Subanada (2004) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok:
- - Faktor Psikologis, merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri,sifat ingin tahu, stress, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakanhal-hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu,individu dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami.
- - Faktor Biologis, faktor genetik dapat dapat mempengaruhi seseorang untuk mempunyai ketergantungan terhadap rokok. faktor lain yang mungkinmengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakanadanya efek bermanfaat dari nikotin. Proses biologinya yaitu nikotin diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalandan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akanmerasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik.Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yangmengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yangmenyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudahketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmatyang diperolehnya akan berkurang.
- - Faktor Lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media.Orang tua memegang peranan terpenting, selain itu juga reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua atau teman sebaya, hal ini mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat rokok.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang merokok, antara lain yaitu faktor eksternal, kepribadian, psikologis, dan juga biologis.
Saat pertama kali mengonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco dependency (ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan perasaan tidak nyaman. Secara manusiawi, orang cenderung untuk menghindari ketidakseimbangan dan lebih senang mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dipahami jika para perokok sulit untuk berhenti merokok (Komalasari & Helmi, 2000). Padahal jika tidak pandai-pandai menjaga diri, rokok adalah awal dari terjerumusnya seseorang kepada obat-obatan terlarang. Jadi sangat perlu dan penting untuk menjaga orang orang terdekat dari rokok.
Referensi:
Haryono. 2007. Hubungan Antara Ketergantungan Merokok Dengan Percaya Diri. [online] tersedia di http://www.infoskripsi.com/Artikel-Penelitian/Ketergantungan-Merokok.html pada pada: 29 Februari 2012.
Komasari dan Helmi, F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi.
Nashori, F dan Indirawati, E. (2007). Peranan Perilaku Merokok Dalam meningkatkan Suasana Hati Negatif (Negative Mood States) Mahasiswa. Jurnal psikologi Proyeksi.
Poerwadarminta. (1995) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Trim, 2006, Merokok Itu Konyol, Ganeca Exact, Jakarta
Smet, B (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT gramedia
1 komentar:
Maaf kak aku lupa ngefollow
Posting Komentar