Sepanjang jalan Jakarta-Bogor, atau saat berkendara di jalan jalan lain, iklan rokok tak putus-putus. Dalam jangka panjang orang-orang yang melihat, termasuk anak-anak memiliki pemahaman bahwa merokok bukan persoalan yang membahayakan, jadi terkesan sangat biasa.
iklan merupakan elemen yang sangat penting dan sebagai salah satu dari ujung tombak dalam menunjang keberhasilan pemasaran suatu produk. Sebagaimana yang dituturkan oleh Terence A. Shimp bahwa iklan dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan (Shimp, 2003:357).
Dewasa ini iklan rokok merupakan salah satu faktor terbesar dalam mempengaruhi remaja untuk mencoba merokok. Iklan-iklan rokok semakin lihai menjerat konsumen. Tidak jarang, hal-hal positif diselipkan dan disalahgunakan untuk menanamkan persepsi tentang merokok yang sebenarnya menjerumuskan. Dalam peraturan memang tak boleh ada iklan yang menunjukkan display atau batang rokok. Tetapi perusahaan rokok semakin lihai dan pembuat iklan yang dibayar mahal oleh perusahaan rokok pun cukup pintar. Mereka berupaya bagaimana caranya agar masuk dalam persepsi masyarakat bahwa it's oke untuk merokok.
Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan, indenpendensi, dan berontak dari norma-norma, dimanfaatkan para pelaku industri rokok dengan memunculkan selogan-selogan promosi yang mudah tertangkap mata dan telinga serta menantang. Iklan-iklan itu misalnya yang memakai ilustrasi solidaritas dan keakraban teman. Dalam suatu iklan rokok misalnya digambarkan bagaimana seseorang yang rame-rame dengan temannya. Lalu ada pula yang kesusahan dibantu oleh teman-teman lain. Kesannya, merokok seakan-akan dapat mengakrabkan, dengan merokok seakan-akan ada norma-norma positif yang terbentuk. Selain itu iklan rokok menawarkan citra seorang perokok sebagai seorang yang tangguh, kreatif, penuh solidaritas, macho modern dan lain sebagainya, sehingga remaja tertarik untuk mengadopsi rokok tanpa menyadari bahayanya.
Dokumen internal industri rokok multinasional Philip Morris yang juga pemilik terbesar PT. HM. Sampoerna mengungkap bahwa “Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok…, pola merokok remaja penting bagi Philips Morris”. Pernyataan yang terungkap dalam dokumen tersebut membuktikan bahwa adanya upaya untuk menjerumuskan generasi muda kedalam jeratan rokok.
Salah satu iklan rokok yang digemari remaja adalah iklan rokok A Mild dengan label “A”, diproduksi oleh PT HM Sampoerna Tbk, selalu melakukan perubahan dan pembaharuan sesuai dengan keinginan para remaja yang ingin mencoba hal yang baru. Rokok tersebut menawarkan keamanan dan kenyamanan
merokok dengan rendah kadar Tar dan Nikotin, serta adanya selogan yang selalu segar bagi para remaja misalnya tema “ "bukan Basa Basi", "go ahead ", “asyiknya rame rame”, “teman yang asyik” gak ada lo gak rame”, “ada obsesi ada jalan”, dan “yang penting hepi". Slogan tersebut sangat efektif dalam memengaruhi remaja bahwa remaja senang dengan keterbukaan, dan berhak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan
orang dewasa (Purwaningwulan, 2007). Demikian halnya iklan rokok yang lainnya, disamping ada unsur humor yang digunakan untuk menarik perhatian remaja, juga terdapat makna pesan-pesan yang secara tersembunyi yaitu kritik sosial pada perilaku pelanggaran yang kadangkala juga dilakukan oleh para remaja. Merek rokok lain seperti Gudang Garam, Djarum, dll, juga memiliki slogan slogan yang bagus. Seprti “pria punya selera”, “expresikan aksimu”, “my life my adventure”, “Super Taste for Super People”, dan “buktikan merahmu”. Slogan slogan tersebut seakan akan ingin membuat suatu gambaran jika seorang lelaki akan terlihat lebih keren dan jantan apabila mereka merokok.
Iklan model tersebut memang sangat efektif dalam mempengaruhi persepsi konsumen terutama kalangan anak-anak, remaja dan dewasa muda. Hal ini dikarenakan pola pikir mereka belum terlalu matang, cenderung labil sehingga masih mudah sekali untu dipengaruhi.
Selain iklan, perusahaan rokok memakai musik sebagai pintu masuk ke kawula muda. Sebab musik terbukti menjadi bahasa, sumber ide, dan tren anak muda. Tak mengherankan, mensponsori pertunjukan atau festival musik menjadi kampanye below the line ampuh andalan perusahaan rokok. Buktinya, ribuan konser musik dengan sokongan perusahaan rokok digelar di Indonesia sejak era 1980-an. Mulai era Djarum Rock Festival hingga yang paling baru semacam ClassMusic dan A Mild Rising Stars. Dalam event tersebut mereka bahkan membagikan rokok gratis atau mudah mendapatkannya dengan menukarkan potongan tiket masuk acara tersebut.
Tak berhenti di iklan dan musik, pintu lain yang juga terbuka adalah olahraga. Malah, sampai kini, hampir tiap jenis olahraga populer identik dengan sponsor rokok. Contohnya, Gudang Garam yang menjadi tulang punggung operasional Persatuan Sepak Bola Kediri di Kediri, Jawa Timur. Djarum membuat klub bulu tangkis di Kudus, Jawa Tengah. Plus stempel Liga Djarum dan Copa Dji Sam Soe untuk kompetisi sepak bola.
Referensi:
Gatra (2008), Melepas Jerat Racun Rokok Anak Indonesia. Arsip majalah gatra (online), (http://arsip.gatra.com/artikel.php?id=115410, diakses pada 1 Maret 2012).
Nurul Fazri A (2009) Remaja dan Iklan Rokok (Studi Fenomenologi Tentang IklanProduk Rokok LA Lights Dalam Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja).Universitas Brawijaya. Malang
Purwaningwulan, (2007). Fenomena Iklan Rokok Sampoerna A Mild Dalam Persfektif Semiotika Komunikasi, Majalah Ilmiah UNIKOM. Bandung.
Rozi, Fahrur Illahi (2011), Rokok part 2 (Iklan Rokok). (http://www.catatankunangkunang.com/2011/12/rokok-part-2-iklan-rokok.html, diakses pada tanggal 5 maret 2012)
Remaja tekepung Iklan rokok (2009). Kompas. (http://kesehatan.kompas.com/read/2009/06/22/18291722/Remaja.Terkepung.Iklan.Rokok, diakses tanggal 5 Maret 2012).
Widiyarso, Joko (2008) Iklan Rokok Merajalela, Remaja Perokok Meningkat, (http://gudeg.net/news/2008/05/3595/Iklan-Rokok-Merajalela, Re-maja-Perokok-Meningkat.html, diakses 3 Maret 2012).
0 komentar:
Posting Komentar