tiada kebahagiaan disini


Pagi itu, terlihat sebuah pemandangan yang lumrah ditemui pada hari-hari penerimaaan mahasiswa baru. Banyak orang terlihat berpenampilan cukup aneh. Pita pita terpasang dirambut para calon mahasiswa perempuan. sedangkan pada calon mahasiswa laki laki, pita itu terpampang di lengan baju. Warna pitanya beragam. Pras merupakan salah satu mahluk yang mengenakannya. Ia mengenakan pita berwarna putih di lengan kanannya.

DESKRIPSI TENTANG PRAS :
Badan tidak gemuk, agak kurus. Memimpikan perut sixpack tapi yang ada teplek. Tinggi badan lumayan. Warna kulit sawo matang, berparas cukup manis. Model rambut shaggy. Anak bungsu dari tiga bersaudara asli Jawa.

          Ya…Pras merupakan salah satu seonggok tulang yang dibalut daging yang masuk Universitas  ini. Universitas Gunadarma Depok, Pras mengambil jurusan Sastra Inggris.
Di kampus ini. OSPEK, dilakukan selama 3 hari.
Pras tergabung dalam grup satu. Di gugus ini terdapat barbagai jenis species. Berkat acara OSPEK, Pras banyak menambah teman..ya walaupun mayoritas dari SMA yang sama dengannya. Disini, Pras berkenalan dengan Ahmad dan Malik yang kemudian menjadi sahabatnya.
DESKRIPSI TENTANG AHMAD :
          Perawakan sedang, dengan rambut ala kadarnya, warga betawi asli selalu menjunjung tinggi kedaulatan daerahnya. Walaupun sedikit lebih tua, namun tetap berjiwa muda.

DESKRIPSI TENTANG MALIK :
Perawakan kurus, rambut bergaya emo namun lebih mirip Charlie ST12, bercita cita menjadi rockstar. Keturunan Makassar namun tinggal di Riau dari semenjak dilahirkan sampai lulus SMA, logat bicara Riau tapi lebih mirip Madura. Selalu menyebut dirinya dengan sebutan ganteng.

*****
Ospek ini cukup melelahkan bagi mereka. Terutama saat sesi take a tour, yaitu mencari tahu ruangan ruangan mana saja yang akan kelak dipakai oleh fakultas sastra.

            Waktu istirahat pun tiba. Pras pun beristirahat dan duduk bersama temannya. Ahmad dan Malik. Mereka beristirahat Sambil dihiasi dengan keringat yang membludak di dahi mereka. Tiba tiba, entah itu disengaja atau tidak, pandangan dua bola mata Pras mengarah pada seraut wajah yang begitu mendobrak hatinya dan memforsir jantungnya untuk terus berdetak lebih hyper. Seorang gadis,..

Gadis itu lucu. Mungkin dialah gadis yang paling lucu yang pernah ada. Agak berlebihan memang. Tapi setidaknya bagi Pras. Otaknya bergumam begitu dengan hatinya. Ya..itulah pertama kali Pras melihatnya..love at first sight. persis seperti judul lagu yang dipopulerkan Blue.
Kalau ada orang yang merinding bulu kuduknya waktu melihat film yag seorang gadis bisa keluar dari layar televisi dengan rambut panjang menutupi muka, Pras malah merinding ketika melihat gadis itu. Dia merasakan itu, dengan jelas. Tidak hanya bulu bulu di tengkuknya, tetapi juga bulu ditangannya.
Pras masih tercengang. Bahkan ketika Malik menjitaknya.
“Heh, bengong saja kau! Melihat siapa sih? Ada yang segar dan mantap ya? Arah jam berapa?” Malik memberondong Pras dengan pertanyaan.
Spontan Pras bertanya pada temannya, Ahmad dan Malik, “eh, kamu kenal tidak sama gadis itu?”
“Yang mana? Yang sedang memegang sapu di parkiran itu?” jawab Ahmad asal.
“Itu tukang sapu! Bodoh kamu! Pasti gadis yang sedang mengipasi wajahnya dengan kertas koran itu ya Pras?” ujar Malik.
“Tepat sekali kau Malik, tumben kau pintar Lik, tidak seperti Ahmad yang bodohnya menahun” guyon pras. Merekapun sesaat tergelak.
“Memangnya kenapa Pras? Kamu suka dengannya?” Tanya Ahmad. Pras hanya bisa terdiam.
“Ayo kita hampiri dia sekarang, kita berkenalan dengannya!” ujar Malik semangat.
“Ah jangan ah, malu. Lebih baik nanti saja. Toh sekarang kita kan masih ospek, baru masuk,,masih banyak waktu!” ujar Pras berusaha meyakinkan.
“Okelah kalau begitu. Tetapi jika kamu butuh bantuan, tidak usah sungkan  kawan”. Jawab Ahmad   
Selama sisa kegiatan, Pras hanya mencari keberadaannya. Gadis itu bak es batu yang direbus. Cepat sekali menghilangnya. Pras tidak berhasil menemukannya..
“hufh.. nanti saja aku cari lagi.toh aku kan satu kampus dengan dia”. Pikir Pras kala itu.

--@--@--


           Pada suatu siang. Ketika Pras sedang menyantap nasi rames asli buatan warteg barokah samping kampus E, jantungnya kembali tidak bisa diam. Setelah ditelaah, ternyata matanya lah yang mengkoordinir jantungnya untuk moshing. Pras melihat sepintas saja ternyata gadis itu tengah berjalan tepat di hadapannya sambil lalu. Ia terlihat heboh dengan temannya. “Wah...dia anaknya periang”. Gumam Pras. Ingin rasanya berkenalan. Tapi sifat malunya memilih berkata tidak. Dan pada akhirnya Pras pun hanya mencari tahu tentang dirinya.
          “Senyum dan tawanya itu loh! yang membuatku tidak bisa membuang bayangannya sedetikpun dari benakku. sudah gitu ditambah pula sama pandangan matanya yang ramah. Udah dehh. hatiku sudah digondol sama dia. Dan itu pula yang membuatku ingin selalu melihat dia. Lebih tepatnya mengintai dari jauh. Karena aku tidak berani. Alih alih untuk mengobrol akrab, untuk menyapanya saja hatiku menciut”. Curhat Pras pada dua orang sahabatnya, Malik dan Ahmad
“Padahal,dia tidak terlalu cantik, tidak kaya, tidak juga pintar, juga tidak toge pasar alias sexy atas bawah. Tapi tidak tahu mengapa, aku suka sekali sama dia. Semakin hari, rasa itu semakin mmbuncah. Jika aku ditanya, kenapa bisa suka sama dia, aku hanya bisa menjawab, kamu nanya aku, lalu aku bertanya pada siapa? Ya itu lah.karena aku memang tak tau alasannya”. Lanjutnya kemudian
“Wah Pras, kalau sudah begitu, ayo kita lancarkan agresi militer untuk merebut hatinya!” ajak Ahmad bersemangat. “Maunya sih memang begitu sobs, tapi kamu kan tahu aku orangnya pemalu”. Ucap Pras
“Ah payah kamu sobs, kamu lelaki kan? Perjuangkan tuh cintamu, jangan jadi sampah di dalam hati!” ujar Malik agak geram.
“Oke oke, tapi bantu aku ya? Untuk langkah awal, ya cari tahu tentang dirinya terlebih dahulu lah”. Minta Pras
“Beres itu. Gampang lah.” Ujar Ahmad menyanggupi
Sebenarnya Pras agak ragu. Karena ia tahu dengan pasti, sifat malu dan mindernya pasti tidak berulah tidak sampai disini saja. Ketika punya kesempatan untuk berpapasan, Pras pasti tidak berani bertatap muka dengannya. Pras malah menyembunyikan mukanya. Jadi sangatlah wajar jika gadis itu tidak kenal mengenalnya.

Pernah suatu hari, Pras sengaja membawa handycam kesayangannya. Hanya untuk memotret gadis itu dari jauh dengan kamera zoomny..

sungguh bodohnya Pras

Tapi yah itu memang kenyataannya. Inilah Pras..jika benar-benar suka dengan seseorang, ia akan mati kutu. Menjadi seorang pengecut yang sangat kecut. Hanya berani memandang dari kejauhan, tiada berani menyapa, menegur, apalagi mengajak ngobrol.

Jika ia ditanya bagian mana dari gadis itu, yang membuatnya tidak bisa lupa akan gadis itu, Pras pasti akan menjawab...matanya ! Sungguh, matanya sangat terukir dihati Pras. Dan tidak bisa dibuang walau udah diletakan di peti besi terus dibuang kejurang sekaipun. Sudah ke save sekali di memorynya yang berkapasitanya lebih dari 1000 terra itu. malah, memorinya hampir hang karena penuh sama gadis itu.

Pada suatu waktu, Pras pulang telat karena sehabis mengikuti praktikum di Laboratorium Bahasa di kampus E, ia harus ke warnet untuk memposting tugas. “Ah, warnet depan masjid sajalah. Kan disana murah. Cepat lagi” ujarnya dalam hati.
Ketika hendak membuka pintu warnet, tak disangka sangka, ternyata gadis itu ada di warnet itu, sayangnya dia sudah selesai dengan urusannya dan langsung membayar di kasir.
Mereka pun salig bertukar pandang dalam hitungan detik. Tapi, itu sudah cukup untuk menghilangkan roh Pras dalam waktu yang sangat lama.
Ketika hendak login di salah satu sekat, Pras menemukan sebuah binder dan KRS. Ternyata punya gadis itu! Seketika Pras tersentak seakan tak percaya. Gadis itu bernama Vani, dari jurusan akuntansi.

DESKRIPSI TENTANG VANI:
Kulit putih ciri khas gadis sunda. Rambut panjang sepunggung. Berwarna hitam dan selalu dikuncir. Berlesung pipit. Idung bangir. Bermata ramah. Tanpa polesan bedak dan sapuan warna-warni eyes shadow, tetapi wajahnya tetap ayu.

Seakan mendapat durian runtuh. Malam itu pun Pras tidur dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

Keesokan harinya, Pras langsung menghampiri Ahmad dan Malik yang sedang asyik berbincang sembari menyulutkan api pada sebatang rokok dengan sebuah korek gas.
“hoy, ada kabar bagus nih!” ucap Pras.
“Ada apa Pras? Kamu dapat undian berhadiah mobil? Apa semalam bermimpi joget dengan waria taan lawang?” ejek Ahmad. “enak saja kau. Ini lebih berharga daripada undian berhadiah rumah sekalipun”. Ujar Pras sembari melambaikan secarik kertas.
“apa itu? kertas togel ya?”Tanya Malik.
“hush! Ini KRS tahu!” jawab Pras. “ lalu apa anehnya? Sampai kau heboh begitu?” Tanya malik.
“Lihat dong foto yang terpampang di KRS ini!” lanjut Pras.
“Lho??ini kan gadis yang kamu suka itu? Bagaimana caranya kamu bisa mendapatkannya? Berguru pada dukun sakti mana kau” ucap Malik seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Kemarin sob, yang waktu aku ke warnet itu, aku menemukannya disana”. Terang Pras. “lalu tunggu apa lagi? Lekas hampiri dia, sekaligus berkenalan dengannya. Jangan disia siakan kesempatan berlian ini.” Ucap Ahmad menyemangati.

Praspun tidak menyia nyiakan kesempatan ini. Dicarinya keberadaan Vani di seluruh kampus, dan akhirnya Pras melihat batang hidung Vani secara tidak sengaja ketika sedang melintasi internet lounge.
“Hei,maaf mengganggu” Pras membuka omongan.
“ya, ada apa ya?” Tanya Vani. “aku menemukan ini, tertinggal diwarnet kemarin, punya kamu kan?”. Ujar Pras seraya menyodorkan sebuah binder.
“wah iya..terimakasih sekali, saya pikir sudah hilang entah dimana. Sebagai rasa terima kasih, aku traktir makan siang bagaimana?” tawar Vani.
“boleh boleh, kebetulan aku lapar. Tapi boleh nambah tidak nih?” canda Pras.
“Boleh, tapi bayar sendiri.hhehe”
“Oiya, Kita belum berkenalan, nama kamu Vani kan? Kenalkan, aku Pras dari fakultas sastra.”

***

 
Waktupun berlalu dengan cepatnya. bak roket yang menjalar disulut dengan bahan bakar super pertamax. Perjalanan hidup Pras sangatlah terasa cepat. Hidupnya diisi dengan berbagai kegiatan dan persoalan. Semua kegiatanku selalu berubah beraturan arahnya sesuai arah angin yang bertiup. Tapi, ada satu kegiatannya yang tidak pernah abstain dari hingar bingar padat sesaknya jadwal Pras. Ya! Kegiatan itu adalah mencari tahu tentang Vani dan tak lupa untuk mengintainya. Walaupun sudah berkenalan, Pras tetap saja malu untuk mendekatinya. Jika Pras sedang beruntung, Pras berpapasan dengannya, jika tidak, ya paling ia hanya bisa melihat wajahnya difoto. Persis seperti disinetron sinetron roman. Fotonya selalu disimpan di salah satu lembaran binder milik Pras.
Bagi Pras, memang sih lebih mudah, lebih praktis dan efisien jika di letakan didompet yang selalu dibawa kemana pun kakinya melangkah pergi. Tapi, Pras tidak suka dengan yang fasik itu. Karena Pras selalu mengantongi dompetku di kantong belakang celana. Ia tidak mau jika menduduki foto orang yang punya tempat istimewa dihatinya. Serta, kan aneh jika bilang suka, tapi kok malah tidak menghormati, dan juga menjaga! Masa dipantatin sih ?? ya begitulah kata kata kasarnya.

Pras banyak mendengar deskripsi tentangnya. Mulai dari kesehariannya dikelas, sifatnya, hidupnya, dan masih banyak lagi. Dan itu semua makin memperparah rasa suka Pras ke Vani. Dari yang semula berstatus waspada dan siaga menjadi akut !

Segala bentuk, segala jenis, segala rupa yang dia tampilkan Vani membuat Pras terpana. Bagi Pras, she is an angel disguise. Berlebihan memang, tapi ya mau gimana lagi. otaknya maunya berkata seperti itu.

****

Malam itu terasa amat dingin, angin kencang bertiup hilir mudik dari selatan ke utara, tak ada setitikpun cahaya bintang malam itu, hanya awan gelap yang bergemuruh dengan petir. Hujan rintik mulai membasahi jalan akses UI yang sedari siang di sengat panasnya sinar matahari. Pras masih dijalan, ia pulang telat karena harus menyelesaikan tugas dikampus. Malik dan Ahmad sudah pulang sedari tadi.
Pras beteduh disebuah toko kelontong depan kampus, ia menunggu angkot yang tidak kunjung dating. Tiba tiba sebuah mobil escudo hitam menepi. Dan dari dalam mobil, terlihat sesosok wajah menyembul dari dalam mobil. “Hei Pras! Sedang apa kamu disitu?” ucapnya.
Pras sesaat terdiam,tak lama ia baru menyadari siapa sumber suara itu. “ Eh kamu Di! Aku kira siapa! Aku sedang menunggu angkot nih..mau pulang. Kamu dari mana memangnya?”
“Aku kebetulan lewat sini, habis mengantar seseorang, kamu mau pulang bareng aku tidak?” tawar Aldi. “Mau mau. Kebetulan sekali. Wah, mengantar siapa nih? cerita cerita lah sama sahabat lamamu ini.” Goda Pras.
“oke,aku ceritakan di jalan, naik saja dulu. Tenang, tidak pakai argo kok.hhaha”. Canda Aldi.

DESKRIPSI TENTANG ALDI:
Paras tampan, body pragawan, anak orang yang mumpuni dalam segi harta. Tapi tetap saja doyan berhutang di kantin. Aldi adalah sahabat Pras. Mereka sekolah di sekolah yang sama sewaktu SMP dan SMA

“ Jadi tadi mengantar siapa di? Pacar baru ya? Cerita dong.” Tanya Pras membuka omongan. “Belum kok Pras, kalau aku jadian pasti aku pasti cerita lah sama kamu, baru gebetan kok!” terang Aldi. “ooohhh,, anak mana nih? Kenalkanlah kepadaku. Biar aku yang menilai, pantas atau tidak dia untukmu di!” ucap Pras mantap.
 “Tenang saja kawan, nanti aku kenalkan dia. Dia anak gunadarma juga kok! Seangkatan sama kita! Anak akuntansi.” Ucap Aldi.
Deggg…seketika jantung pras berdegup begitu mendengar kata kata akuntansi. Tetapi ia tetap berusaha berfikir positif. “aku juga sedang suka sama seseorang Di, anak Akuntansi juga.”
“yang benar? Ku kira kau sudah tidak tertarik dengan mahluk bernama wanita. Habisnya kamu dari dulu masa bodoh dengan wanita. Kenalkanlah padaku, aku ingin tahu seperti apa rupa wanita yang telah mencuri hatimu yang keras itu”. Ujar Aldi.
“oke. Nanti kita sama sama mengenalkan ya kalo sudah berhasil” aak Pras.

Malam itu Pras tidak bisa memejamkan matanya. Dia terbayang akan Vani. “Mudah mudahan gadis yang diceritakan Aldi bukanlah Vani”. Gumam Pras dalam hati. Bagi Pras, Vani
itu wujud yang tersucikan, untaikan kata pun tidak mampu melukiskannya, dan Pras pun terpautkan olehnya. Dia cairkan kebekuan, sudah gitu, membuat seolah bumi berhenti. Membuat kerinduan semakin meradang. Vani laiknya bunga tidur bagi Pras, karena hanya dimmpi lah Pras bisa bersama Vani. Dia adalah keindahan yang hadir disetiap mimpi Pras.

Pras selalu berpikir dan berucap, lebih baik seperti ini. Menjadi secret admirer, yang tidak diketahui asal usulnya. Memandangnya dari jauh, menyukainya secara bergerilya dan diam diam. itu juga sudah menjadi kebahagiaan tersendiri buatnya. TAPI ITU SALAH !! tahu mengapa ? karena . .

Pada suatu hari, disiang yang sangat panas, saking panasnya, bisa mambuat jemuran pun akan kering dalam sekejap. Dan bisa membuat kulit gosong dalam sekejap pula, terdengar berita yang membuat panas telinga serta hati. Aldi tiba tiba menghampiri Pras, padahal tidak di undang.
Aldi bercerita pada Pras, yang sangat membuatku kaget setengah mati setengah hidup, Pras merasa paru parunya sudah beralih tempat dengan lambungnya.

Aldi bercerita padanya dengan nada yang riang dan dengan tawa yang tergolak lebar di bibirnya. Dia baru saja berhasil menggondol hati seorang wanita yang ia suka. dia baru saja meresmikan hubungannya dengan kata yang sangat populer abad ini, "jadian".. kontan Pras terkaget dan bertanya secara spontanitas. “sama siapa? Gebetan yang kau ceritakan padaku tempo hari? siapakah wanita itu ?” tanya Pras.
“tunggu saja, itu dia, sedang menuju kesini.” Aldi lantas mengacungkan jari telunjuknya ke arah seberang, menunjuk sesosok gadis yang sangat tidak asing bagi Pras. Pras tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengidentifikasinya. karena Pras memang terbiasa memandang sesorang dari kejauhan. Pras pun langsung mengucek kedua bola matanya dengan kekuatan penuh dan dengan kecepatan kilat. Ia berharap matanya salah lihat, berharap matanya yang berkemampuan 2.0 ini salah dan ngawur. Berharap semoga ini mimpi !

Tapi ternyata Pras sama sekali tidak salah. Pras tidak ngawur, dan juga tidak mimpi seperti yang biasa Pras lakukan dikelas dengan tenang diiringi angin semilir dan kicauan para mahasiswa yang membuatnya selalu semakin terlelap. Kali ini nyata! sungguh nyata! Gadis yang ditunjuk Aldi itu adalah gadis yang selama ini ku impikan itu !
“nih Pras, kenalkan, ini Vani. Van, kenalkan ini Pras, sahabatku.”
“oh Pras, kami sudah kenal kok Di”. Ujar Vani.
“benar begitu Pras?”Tanya Aldi.
“iya, dia benar” jawab Pras dengan senyum yang agak dipaksakan.

Pras merasa otaknya sempat kehilangan kontak dengannya untuk beberapa saat. pikirannya malancong jauh ke negeri seberang, tak jelas jeluntrungannya. Tiba-tiba suara Aldi menyadarkannya dari kehampaan. suara Aldi  membuyarkan lamunan singkat Pras. Pras berusaha membuat sebuah senyuman sealami mungin,
“selamat ya!”
“iya terimakasih ya teman. nih, aku kan sudah mengenalkan gadis yang aku suka padamu Pras, sekarang giliranmu.”
“iya,nanti ya. Sekarang aku ada kuliah nih.” Pras mencoba menghindar.
“okelah kalau begitu, kami berdua juga ada acara. Sampai nanti Pras.” Aldi undur diri.

kemudian Pras kembali menuju kelasnya dengan langkah yang gontai dan agak lunglai.kakinya terasa berat.amat berat....



---@---@---@---@---


Pras termenung, hiruk pikuk para mahasiswa yang berlalu lalang sama sekali tidak membuyarkan lamunannya. Pras tidak menghiraukan segala rupa kegiatan teman temannya. Pras tetap asyik menyendiri dikoridor  depan kelasnya. sambil menunggu sahabat seperjalanannya, Ahmad dan Malik untuk pulang bersama. Pras duduk berselonjor, kedua bola matanya terpaku mengarah lurus kejendela, menatap kekosongan yang sangat berisi dan tiada arti. kejadian siang tadi selalu terpikir dan terngiang dibenaknya. kini, otak  dan hatinya kompak memimkirkan satu problema.

Sinar sang matahari, yang selalu rutin menyinari dunia mulai meredup, pertanda hari sudah menjelang petang.jarum jam sudah menunjukan pukul 17.30..begitu juga hatinya Pras, hatinya pun sudah mulai redup, karena sang mentarinya sudah punya tempat resmi yang harus disinarinya.
Cahaya matahari sore ini nampak begitu indah. cahayanya berwarna kuning keemasan.layaknya sinar matahari di Bunaken atau Kuta Bali. sinarnya seolah menyepuh genteng genteng gedung kampus G ini . Cahaya yang sangat indah ini harusnya bisa menentramkan dan mendamaikan hati siapapun.termasuk Pras, Allah sedang menghibur Pras mungkin.

Kedatangan Ahmad dan Malik membuyarkan lamunan Pras kali ini,
“yo! lama ya?” Tanya Ahmad. “tidak kok. Tidak lama. Buktinya aku belum sampai mongering.” Canda Pras.
“ngomong ngomong, kamu kenapa Pras? Ada masalah?” Tanya Malik.
“tidak, tidak kenapa kenapa kok, hanya lelah saja aku hari ini.”
“jangan bohong, kami tahu benar kamu punya sesuatu yang kamu sembunyikan dari kami.” Todong Ahmad.
Pras pun tidak bisa mengelak lagi dari dua sahabatnya itu, dan iapun menceritakan semuanya.
“keterlaluan Aldi itu! Biar bagaimana pun kita harus memberinya pelajaran!” Malik terlihat sangat geram.
“hei! Tidak usah begitu, dia tidak salah sama sekali. Aku yang salah karena lambat bergerak. Aldi juga kan tidak tahu sama sekali kalau aku suka dengan Vani.” Pras mencoba menenangkan.
“aku bilang juga apa! Kamu itu bodoh betul Pras. Keduluan orang lain kan.” Ucap Malik lagi.
“ya kamu mungkin betul, aku ini bodoh. Mungkin terlampau bodoh, dan sekarang aku hanya bisa menyesali dan meratapi apa yang telah terjadi.” Sesal Pras.
“Pras, anggap semua ini sebagai cambuk. Kamu Pernah lihat pacuan kuda? Kuda tidak akan lari kencang kalau tidak dicambuk. Kuda itu sama seperti kita, dia juga merasa sakit, itulah sebabnya dia akan berusaha lari sekencang mungkin agar secepatnya bisa ke garis finish. Karena ingin menang..? Tidak…!!! Sebenarnya kuda tidak bakalan mengerti siapa menang siapa kalah, yang dia inginkan hanyalah secepatnya menyelesaikan perlombaan agar tak dicambuk lagi… karena itu sakit. Jadi anggap hal ini sebagai cambuk agar kamu kuat jika mendapat persoalan yang lebih pelik lagi.” Malik menasehati Pras, sungguh bijak. Hal yang jarang terjadi padanya.
“lalu apa rencanamu berikutnya?” Tanya Ahmad.
“yah, mungkin aku akan serius meyelesaikan studiku terlebih dahulu, untuk melupakan kesedihan ini aku akan mencari berbagai kesibukan. Lagipula, ada kalian, sahabat sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Aku yakin pasti bisa melewati masa sulit ini.” Pras mencoba legowo.

Dan kemudian mereka pun pulang. Kali ini, Pras pulang membawa sebuah pengalaman hidup yang membuatnya lebih dewasa dalam menyikapi hidup ini.

Tragis...tapi Pras mencoba kuat,ia tidak mengizinkan setitik air matapun jatuh ke pipinya, “sahabatku bahagia, gadis yang aku impikan pun bahagia.lalu mengapa aku harus menangis?” ucap Pras dalam renungannya.

****

Malam yang berhujamkan gelap telah tiba.sebelum berangkat ke alam mimpi,tempatnya bunga tidur bersemayam, Pras shalat isya terlebih dahulu, ia kemudian bemunajat sepuas hatinya ke Hadirat Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada pernah bosan dan lelah mendengar permohonan dan keluhan hamba hamba -Nya.
setelah rampung, Pras pun bergeletak di singgasana mimpinya.
Membawa segala kesedihan yang ada.

Hingga pagi menjelang,dan lolongan ayam berjalu menyambut keindahan sang mentari, Pras tetap terjaga. kedua bola matanya membangkang perintah otaknya untuk terlelap..Pras tetap tidak bisa menghilangkan pengalaman hari ini dari benaknya. Walaupun hatinya sudah mencoba mengikhlaskan dan Pras selalu menginput data ke dalam sirkuit sistem di otaknya, bahwa sahabatnya tidak salah, karena dia tidak tahu isi hatinya, Lagipula, biarpun Aldi tahu, ia tetap tidak salah..mengapa? karena cinta itu datang dari Allah..dan Allah tidak pernah sekalipun salah!


“Hati ini memang tidak seluas angkasa, jiwa ini pun tidak sedalam samudra. tetapi aku punya hati yang tulus untuk merelakan ini semua. dan jauh di palung hatiku, aku sangat lega, karena gadis itu kini bersama sahabatku,ia kini dijaga oleh orang yang baik. dan aku yakin sahabatku itu orang yang tepat, karena notabennya ia pasti lebih hebat dari aku dalam segala hal, termasuk dalam membahagiakannya.” Renung Pras ditengah kesendiriannya


----------@@@@@@@@@----------


Pras selalu melihat Vani akur dengan Aldi setiap harinya. Aldi bercerita banyak tentang Vani pada Pras, tiap baris kata yang terlontar dari mulut Aldi perdetiknya selalu disimak dengan seksama dan tingkat konsentrasi yang over high oleh Pras, dengan tujuan agar  senantiasa mengingat setiap deskripsi dan semua tentang Vani, dan itu makin mendobrak kembali pintu hati Pras untuk kembali merubah status suka nya kepada Vani yang sebelumya berlabelkan akut menjadi ke akut permanen, perubahan itu mantap sekali, bahkan terlampau mantap cepatnya. dan Pras sekalipun tiada kuasa untuk meresistansinya.ya, cinta membutuhkan kesabaran kelas atas untuk tumbuh, memerlukan perjuangan untuk bertahan di rimba kehidupan, dan dengan menjadikan pengorbanan menjadi investor tetap, akan membuatnya terus hidup, pengabdian yang ikhlas akan membuatnya abadi.

Pras duduk di pelataran gerbang kampus, tepatnya di pos yang biasa menjadi tempat seorang pria paruh baya yang sangat ramah, ia satpam kampusku, orangnya sangat baik, dan Pras pun sangat dekat dengannya. seringkali posnya Pras jadikan tempat untuk menunggu teman,
Pras melihat Aldi hendak mengantar Vani pulang. sambil memasang pandangan kearah new couple itu, Pras menyapa sahabatnya.ia hanya melambaikan tangan. Pras pun membalasnya dengan mengacungkan jempolnya kearah sahabatnya, sembari memasang senyum yang disunggingkan di bibirnya.


~~~~~~~~~~~~~~~

Di pojok warteg samping kampus, Aldi duduk seorang diri. Cuma ditemani segelas es teh manis. Dia sibuk mengutak atik TTS yang tadi dibelinya di loper Koran depan kampus G. Tiba tiba terdengar suara fals yang memanggilnya, “ hey, kamu ya yang namanya Aldi?” kontan Aldi menoleh, ternyata Malik dan Ahmad, “iya, maaf, siapa ya? Ada perlu apa?” Tanya Aldi.
 “ooiya, kenalkan, aku Ahmad dan dia Malik, kami sahabatnya Pras. Kamu kena dengan Pras kan?” Tanya Ahmad
“oh tentu saja. Aku juga teman dekatnya, ada perlu apa ya”?
“begini, kamu tahu kan kalau Pras sedang jatuh cinta dengan seorang gadis?” Tanya Malik.
“ oh tentu. Malah dia akan mengenalkannya padaku suatu saat” ujar Aldi
“kurasa itu tidak mungkin.” Ahmad mengatakannya dengan yakin.
“lho? Mengapa??” Aldi keheranan.
“karena gadis yang ia sukai itu tak lain dan tak bukan adalah Vani, gadis yang kau saat ini menjadi kekasihmu!” Ucap Malik tak sabar.
“kalian pasti sedang berkelakar”Aldi tak percaya dengan apa yang telah didengarnya.
“buat apa kami membuang waktu untuk berbicara denganmu jika hanya untuk berkelakar ataupun berbohong?”
Mereka bertiga pun terdiam, terhanyut dalam suasana yang sangat tidak mengenakan bagi siapapun itu..

**

“Pras, ada temanmu Aldi tuh di depan.” Ucap ibunya Pras kepada anaknya tersebut.
“Aldi? Mau apa dia. Tumben sekali dia. Sudah lama dia tidak bermai kesini.”
“hei Pras, aku ganggu tidak nih?” Tanya Aldi ketika Pras sudah berdiri diadapnnya. “hah? Tidak kok. Ada apa nih? Tumben sekali.” Tanya Pras
“bisa bicara sebentar?” tiba tiba mimik muka Aldi menjadi serius. Pras pun mengiyakan.”tapi jangan disini, di pos tempat biasa kita main dulu saja.” Ajak pras.

“apa yang mau kamu bicarakan Di?” tanya Pras
“sebelumnya aku minta maaf Pras, aku..aku..” lidah Aldi kelu.
“ada apa sebenarnya?”Pras makin bingung. “aku sudah mengetahui semuanya Pras, aku minta maaf Pras, aku tidak tahu kalau gadis yang kau suka itu adalah Vani. Andai aku tahu semuanya terlebih dahulu, aku pasti tidak akan menyukainya Pras.”
“ah..dapat berita dari mana kamu? Itu hanyalah kabar burung belak.” Pras mengelak
“jujur saja Pras. Tidak usah kau sembunyikan semuanya dariku,,kamu tidak perlu tahu aku mendengarnya dari mana.”
Keduanya terdiam
“pukul aku Pras..” Aldi membuka mulut.
“untuk apa?”
“untuk melegakan hatimu, agar kau sedikit puas. Untuk mengurangi rasa kecewamu padaku.” Aldi mencoba meyakinkan
“jangan lakukan hal bodoh! Memangnya setelah aku memukulmu, itu bisa membuatku senang? Tidak sama sekali! Lalu apa itu bisa membuat Vani berpaling kepadaku? Jangan melakukan hal gila!” Pras mulai kesal.
“tapi, aku sangat merasa bersalah padamu, apapun aku lakukan asal bisa menebus dosaku padamu teman.”
“aku tidak tahu Di, perasaanku bercampur aduk.”
“pukul aku Pras!”
“oke jika kamu memaksa! Aku akan memukulmu. Tapi tidak saat ini! Jika kau mengecewakan Vani,  jika kau melukainya, jika kau membuatnya menangis, pada saat itu lah aku akan memukulmu dengan segenap kekuatanku! Ingat itu Di.”
Aldi terdiam
“jaga dia buatku, sayangi dia buatku, itu satu satunya permohonanku padamu.” Lanjut Pras lagi
Tak lama pun, Pras berbalik, tanpa mendengar apapun kata kata dari Aldi lagi.
Yang telihat oleh Aldi hanya punggung Pras yang perlahan menghilang di tengah gelapnya malam dan rintik hujan yang mulai jatuh membasahi bumi.

Kala senja telah sepi dan menyisakan beribu kebimbangan yang tiada pernah dapat jujur Pras ungkapkan. Pras tak bisa bebuat banyak. Hati Vani telah dipatenkan oleh Aldi. hingga malam tiba, Pras tetap terjaga. entah mengapa. dan mungkin Pras hanya bisa selalu berharap dan berharap Vani tahu keberadaannya di sudut kota ini. terlalu cepat pagi datang menjemput hari. padahal rembulan masih enggan tuk beranjak dari dinginnya malam yang membelai setiap insan.

********


     
Hari terus berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulanpun tak luput dari pergantian hukum alam yang signifikan itu. tak terasa jalinan mahligai Aldi dan Vani telah berlangsung sekitar 3 semester, alias satu setengah tahun. waktu terasa begitu cepat. secepat copet yang kabur dari amukan masa.

Pras mengawali harinya dengan aktivitas pagi rutin miliknya. Ia bertekad menjalani segala sesuatu dengan semangat juang 45' yang dipadu dengan semangat globalisasi. Baginya, setiap pagi tiba, ada harapan baru muncul. asa selalu ada. meski terkadang ia menjalani berbagai hari dengan rasa waswas, selalu berpikir, ”apakah aku akan dapat melalui hari ini, apakah matahari masih mau mendonorkan sinarnya untukku, apakah keberuntungan akan membawa keindahan untukku pagi, siang, sore ini? adakah keajaiban akan menghampiriku hari ini ?” itulah yang selalu ada dibenak Pras ketika ia sedang galau.


Jam menunjukan pukul 11.30. mengisyaratkan jam istirahat telah menghampiri, Pras segera meluncur menuju warteg langganannya sehari hari dengan segera. Kali ini ia hanya sendirian. Tanpa Malik dan Ahmad yang sedang sibuk mengerjakan tugas rumah yang belum selesai mereka kerjakan. Setibanya di tempat tujuan, ia kebingungan untuk mencari tempat untuk menyantap hidangan yang telah ia ambil secara prasmanan itu guna menyumpal mulut para pemain band di perutnya yang telah membawakan lagu andalannya, 'keroncongan' dengan liriknya yang bertuliskan krucuk krucuk..

Dimomentum yang suram itu, salah seorang teman Pras memanggil, untuk mengajaknya bergabung, mungkin mereka tak tega melihatnya celingukan tak beraturan sambil memegang piring berisikan makanan. Dasar lelaki kesepian. saat hendak menyantap, teman teman Pras usil menggoda setiap mahluk lewat situ. ada ada saja. Pras hanya geleng geleng kepala. Ia malas ikutan, karena baginya, saat ini perutnya lah yang paling utama harus dia urus. Tiba tiba salah seorang dari mereka memperbincangkan tentang hubungan antara Aldi dan Vani. seketika Pras memasang telinganya yang sedari tadi ia lepas fungsinya. tetapi ia tetap tetap pura pura cuek dan hanya menggeleng jika ditanya. dari percakapan yang sebentar itu, Pras menuai satu berita.
Hubungan mereka sedang bermasalah....


***********************




Ketika Pras sedang menyusuri jalan menuju kelasnya yang berliku dan naik turun, Ia berpapasan dengan Aldi. ketika baru saja hendak menyapa, Aldi menyapanya terlebih dahulu.”hei Pras.”
“Lho Di, Sedang apa kamu disini? Bukannya hari ini kamu tidakada jadwal kuliah ya?”
Dia menotifikasi kepada Pras, bahwa ia sedang menghadapi masalah dalam hubungan permahligaiannya. “aku sedang galau sekali, maukah kau memberiku saran dan nasihat?” tapi belum sempat Pras memberi petuah dan wejangan wejangan mutakhirnya, dosen sudah memasuki ruang kelas Pras. “wah, dosenku sudah datang. Bagaimana kalau besok saja kamu datang kerumahku? besok kan hari minggu.”
“hhmmm..oke baiklah kalau begitu. jam berapa nih?”
“terserah, asal jangan ketika waktu subuh saja”.

***

Pras berjanji untuk membantunya. “Biarlah. walau tidak bisa jadi orang yang menjaganya, setidaknya aku bisa membantu mereka untuk mencapai kebahagiaan. yah...walaupun hanya dibalik layar yang kinerjanya selalu hidden. tetapi jauh dipalung hatiku, masih tersimpan harapan terpendam. memang aku ini sangat dungu. begitu pasti ucap orang orang, jika tahu akan hal ini. tapi menanti cinta dengan sebuah pengharapan tidak akan membuat kita menjadi bodoh. tapi menanti cinta tanpa berani berharap tak lebih hanya membuat kita menjadi seorang pecundang kelas kakap.” Cerita Pras pada Ahmad dan Malik di dalam kelas.
Ahmad dan Malik pun hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Adalah manusiawi jika kita terkadang terkadang dihinggapi rasa sedih dan putus asa. terbetik pula keperihan dalam hidup ini. hal itu tak perlu kita pungkiri. tapi meski begitu adanya, kita harus tetap punya akal sehat. dan tiada boleh sekalipun untuk kita kehilangan asa. akupun begitu, harus tetap semangat, tetap optimis, suatu hari nanti setelah bekerja keras akan ada keberuntungan. aku harus yakin itu. akan ada saat kemajuan, akan ada saat untuk aku mewujudkan impian. orang lain boleh saja mencibir hina dina, tapi didalam diri kita harus ada kepercayaan penuh untuk itu. walau dengan cara yang menyayat hati.” Lanjut Pras lagi.
“kau memang orang yang tabah Pras” Ahmad salut pada Pras.
“benar, kamu memang tipe orang yang langka” Malik pun tak mau kalah memberi argumennya.

@@@@@@@@@@


Dihari
yang terik, Pras tengah berleha leha di kamarnya dan menikmati serunya game di konsol playstation kesayangannya, tiba tiba hpnya  berdering, 1 message received. Ternyata Aldi. Dia sudah berada di depan rumah Pras. Pras segera keluar rumah.
“bukannya langsung masuk saja kau. Seperti baru pertama kali kesini saja.” gerutu Pras.
“ya kan sekali kali aku juga ungun diperlakukan sebagai tamu yang dipersilahkan masuk oleh tuan rumah.” Aldi cekikikan.  

Aldi bercerita panjang lebar, dari sabang sampai merauke, dari miangan sampai pulau rote, hingga mulutnya berbuih saking lamanya ia bercerita . Pras memasang pendengarannya yang tajam itu pada level maksimum agar tak ada satu kata pun yang terlewat untuk dicerna. tapi tetap saja Pras tidak beranjak dari stik playstationnya. malahan Aldi ikut ikutan nimbrung bermain, tapi sambil bercerita.

Aku memberikan saran, nasihat, jurus jurus, serta wejangan wejanganku. aku serius ingin mebantunya jiwa da ragaku. walau hanya dengan bongkahan solusi belaka yang bisa kuberikan, karena sesungguhnya aku tidak ingin gadis itu sedih.. ya, ketika cinta telah memasuki relung jiwa seseorang, orang itu akan berusaha untuk memperjuangkannya sampai puputan.

Dia bercerita, bahwa mereka saling menyalahkan, sahabatku bilang gadis itu yang salah, tapi gadis itu berpendapat bahwa sahabatku yang salah,ujar sahabatku. aku pun menasehatinya, cinta itu tidak mengenal benar ataupun salah, karena cinta hidup dengan perasaan, dan jangan pernah mencari kebenaran akan cinta, karena cinta tidak membutuhkan pembenaran.



***
 Jam sudah menunjukkan pukul 21.30 ketika Pras sudah menarik selimutnya untuk tidur dan mengistirahatkan jiwa raganya.
Belum sempat terlelap, ponsel Pras tiba tiba bordering. 
“Pras, ini aku, Vani.”
“ada apa Van? Tumben nih?”
“aku sedang di rumah sakit, kamu bisa kesini? Aldi kecelakaan!” ucap Vani sambil terisak.
“apa?? Oke oke, aku segera kesana. Dirawat dimana dia?”
“Di rumah sakit Fatmawati.”
Pras menutup teleponnya. Seketika ia melompat dari ranjangnya dan berganti pakaian. Setelah berpamitan pada orang tuanya, ia langsung memacu sepeda motornya dalam kecepatan tinggi.  Hujan yang terus mengguyur bumi semenjak magrib tadi tak ia hiraukan. Saat ini hanya ada satu hal yang ia pikirkan. Kondisi Aldi !”

**
“Vani!” panggil Pras. “bagaimana keadaan Aldi?”
“Dia….dia..dia kritis Pras.” Vani tak kuasa menahan tangisnya.
“apa kamu sudah menghubungi papa dan mamanya Aldi?” Tanya Pras.
“mereka sedang di Australia, mungkin besok baru sampai”
“mengapa kecelakaan ini bisa terjadi, Ni? Kamu sedang bersamanya bukan?”
“i..iya, aku sedang berada di sebuah mini market ketika kecelakaan ini terjadi. Aldi menungguku diluar. Ketika ia sedang memainkan ponselnya, tiba tiba ada sebuah truk yang kehilangan keseimbangan, Aldi diteriaki banyak orang. Tapi ketika ia ingin mengelak, semuanya sudah terlambat. Ini semua salahku!” Tangis Vani pecah di tengah keheningan rumah sakit itu…
Pras menggenggam tangan lembut Vani. Dan kemudian memeluknya.
“kamu tidak salah Ni, sama sekali tidak salah. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Ini takdir. Kita serahkan saja semuanya kepada Allah, Ni. Aldi adalah pria yang kuat.”
Vani pun menangis sejadi jadinya didalam pelukan hangat Pras.
“mari aku antar kamu pulang, Ni” ujar Pras.
“tidak mau! Aku akan tetap disini menunggu Aldi siuman.”
“Vani, aku tahu perasaan kamu, aku tahu kamu merasa bersalah, tapi, lebih baik kamu pulang dulu, besok kamu boleh kesini lagi. Ingat. Kamu itu anak gadis. Orang tuamu pasti cemas memikirkanmu. Biar aku yang menjaga Aldi disini, nanti kalau ada perkembangan, aku pasti menghubungimu.”
Vani pun mengangguk. Pertanda ia meng-iyakan perkataan Pras.

***

Pras dengan setia menunggui sahabatnya yang saat ini terbaring tak berdaya dihadapannya. Orang tua Aldi sedang mencari makan siang diluar sebentar. Sementara Vani sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Tiba tiba jari jemari Aldi mulai bergerak..
“ergh..” Aldi mulai siuman.
Dilihatnya samar samar Pras sedang duduk disampingnya.
“Pras, kaukah itu Pras?”
“Aldi?? Kau sudah siuman?” Pras sangat senang sahabatnya dapat membuka matanya kembali. Pras segera menekan tombol ‘call’ yang ada tak jauh dari ranjang pasien untuk memanggil dokter.
“Pras, mana Vani?”
“ia sedang menuju kesini, tunggu saja, sebentar lagi pasti ia sampai disini.”
“baguslah kalau ia tak sedang disini, aku tidak ingin ia mendengar omongon ku kali ini. Pras, waktuku tak banyak, maukah kamu mengabulkan satu permintaaan terakirku?”
“bicara apa kamu?? Jangan sekali kali berkata seperti itu! Kamu pasti akan kembali sembuh seperti sedia kala!” Pras tak dapat menahan air matanya.
“jika aku tak ada nanti, aku ingin kamu menjaga Vani. Jagalah dia untukku. Seperti yang pernah kamu bilang padaku dulu. Aku minta maaf Pras, sungguh sungguh minta maaf, aku tidak bisa menjaganya lagi. Takdir tak menginginkanku untuk bisa bersamanya lagi, aku minta maaf Pras. Terima kasih Pras kamu telah merelakan Vani untukku dulu, kamu memang berhati emas. Tiada sahabat lain seindah dirimu. Aku percaya hanya kamu yang bisa menjaganya. Tolong rahasiakan kata kataku ini darinya, aku tidak ingin dia tersinggung dengan perkataanku yang seenaknya menyerahkannya padamu.”
“Aldi, kamu pasti sembuh Di, lalu,, lalu kita akan bermain playstation seperti biasanya. Kita akan tertawa bersama seperti biasanya! Tolong jangan berbicara seperti itu.” Pras tidak peduli lagi akan air matanya yang telah jatuh deras membasahi pipinya.
“aku juga ingin kembali ke masa masa itu Pras, masa masa kita baru berkenalan diwaktu SMP dulu, ketika kamu menyembunyikan sepatuku ketika di Lab computer dan kemudian aku marah padamu selama satu minggu, ketika aku dan kamu tersesat di Blok M, ketika kita bermain sepakbola bersama. Ketika kita bermain playstation dirumahmu sampai melupakan waktu shalat. Aku tidak akan melupakan semua duka bersamamu.” Suara Aldi mulai melemah.
“Aldi..tidak, Di. Kamu pasti sembuh. Kamu pasti bisa!”
“maafkan semua kesalahanku Pras. Aku… aku sudah tidak kuat lagi…”
“Aldi!!! Dok! Dokter! Suster!” Pras menekan tombol ‘call’ berkali kali.. tak lama seorang dokter dan 2 orang suster pun dating.
“maaf, tolong tunggu diluar ya mas.”ucap salah seorang suster

Beberapa menit kemudian orang tua Aldi dating dan menghampiri Pras.
“lho nak Pras? Ada apa ini? Kan belum jam pemeriksaan dokter? Kok didalam ada dokter?” Tanya Ibunya Aldi
“tante..om…Aldi..aldi.” Pras menceritakan kejadian tadi..
Seketika itu juga Ibu Aldi menutup mulutnya dengan tangannya dan menangis. Ayah Aldi hanya bisa terdiam dan terpaku.
Dari kaca pintu terlihat Aldi diberi oleh dokter
Pras terus berdoa.
Setengah jam kemudian dokterpun keluar dari kamar tempat Aldi dirawat
“dok, bagaimana keadaan anak saya?” Tanya ayah Aldi.
“maaf Pak, Bu. Kami telah berusaha semaksimal mungkin, tapi..” dokter itu menggelengkan kepala. “Allah berkehendak lain.”
BLAARR..
Sepatah kalimat dokter itu terdengar lebih menakutkan daripada petir di telinga Pras..
Tangisan orangtua Aldi dan Pras meledak tanpa dibendung lagi..

Vani datang ketika orang tua Aldi hendak masuk kedalam ruangan.
“lho Pras, ada apa? Kamu mengapa menangis? Jangan bilang kalau..”
Vani menoleh kedalam ruangan..
“Pras…Pras! Aldi??Aldi kenapa??” ucapan Vani makin bergetar. Matanya yang bening mulai memerah. Ia tak mampu mengatur napasnya lagi. Dadanya naik-turun tak menentu.
Pras menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya. Gelengan kepala itu seolah sudah menjawab pertanyaan Vani.
Air mata hangat langsung meleleh dipipi gadis itu..deras..semakin lama air mata itu bukannya semakin surut, tetapi semakin deras.
Siang itu terasa sangat sepi ditelinga mereka. Hanya suasana hampa yang terasa. Hanya isak tangis yang ada. Sepi berkuasa, sunyi meraja.

*******


Sudah hampir tiga tahun berlalu sejak hari kematian Aldi. Kini Pras sudah bergelar sarjana. Pendidikan s-1 sastra Inggrisnya di universitas gunadarma sudah ia selesaikan tanpa hambatan. Dan kini pun ia telah bekerja di salah satu perusahaan asing. Dan lagi lagi hari hari Pras akan ditemani oleh ke jenakaan Ahmad dan Malik. Karena sekarang mereka bekerja ditempat yang sama. Memang jodoh mereka bertiga. Tak heran mereka dijuluki warkop of sastra oleh teman temannya. Karena mirip dengan legenda lawak Indonesia. Warkop DKI.

Sepulang kerja, Pras menyempatkan diri untuk berziarah kemakam Aldi.
Sebulan semenjak kejadian Aldi, Vani dan keluarganya harus pindah ke Kalimantan. Karena orang tua Vani dipindah tugaskan kesana. Dan semenjak itu pula mereka kehilangan kontak. Karena ponsel Pras hilang dan Pras tidak tahu harus menghubungi Vani kemana.
“maaf, Di. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu untuk menjaga Vani. Keadaan tidak berpihak padaku. Sekali lagi aku minta maaf.” Pras berbicara sendiri didepan makam Aldi.

Setelah selesai, Pras pun pulang, dan mampir ke sebuah minimarket untuk membeli beberapa keperluan. Tiba tiba terdengar suara yang tak asing bagi Pras.
“pras?”
Praspun menoleh kearah suara itu berasal. “Vani?? Ini benar Vani kan?”
“yaiyalah. Memangnya siapa lagi yang punya wajah cantik seperti ini?”Vani terkekeh.
“lho??kamu kapan pulang?”Tanya Pras
“baru kemarin lusa. Dan aku punya kabar baik nih. Mulai kemarin, aku akan tinggal disini lagi. masa kontrak kerja ayahku disana telah habis.”
“jadi, kamu akan tinggal disini terus kan?”
Vani hanya mengangguk sambil tersenyum.
Dan Praspun senang tiada tara.. kicauan burung seolah menggambarkan suasana hati Pras saat itu.

***

Hari hari Pras kini selalu dihiasi dengan Vani. Cinta yang dulu sempat dilepasnya untuk sahabatnya, sekarang tersampaikan juga. Walau tak ada kata kata ‘jadian’. Tapi Pras sudah bahagia dengan hidupnya yang sekarang.

Pras membayar makanannya dikasir. Dia kemudian kembali ke tempat duduk dimana Vani tengah menunggu.
“yuk kita pulang?” ajak Pras tanpa duduk kembali.
Vani beranjak dari tempat duduknya, mengambil tas lalu berjalan menuju pintu keluar bersama Pras.
“makasih ya Pras sudah mengajak aku jalan.”
“tuh kan bilang makasih lagi, aku kan sudah bilang, jangan pernah bilang terimakasih sama aku.
Vani tersenyum, senyum yang selalu Pras suka.
Mereka menuju tempat parkir. “ kita langsung pulang apa kemana dulu, Ni?” Tanya Pras
“Fatur??”Vani tersentak kaget
Pertanyaan Pras direspon lain oleh Vani. Vani tertegun melihat seorang pria yang hendak memasuki pintu café itu.
“Vani?” pria itu tak kalah kagetnya dengan Vnai. ”sedang apa disini?”tanyanya sambil melirik sekilas kearah Pras.
“habis makan.”Vani kemudian terdiam. Mimic mukanya seketika berubah drastic. Dan hal itu tak pelak dirasakan juga oleh Pras. Dan praspun mulai berprasangka buruk.
Pras sebenarnya menunggu Vani mengenalkan pria itu padanya, tetapi kemudian ia memutuskan untuk segera pergi.
“yuk!” ajak Pras yang tidak tahu apa apa itu, lalu berjalan kearah motor di parkiran setelah sebelumnya dia tidak lupa mengangguk kepada pria tadi.
“duluan, Tur.” Vani mengikuti Pras dari belakang. Mereka pun kemudian meninggalkan kafe itu.

*******

“lelaki yang tadi itu bernama Fatur,” ujar Vani seraya turun dari motor begitu sampai didepan rumahnya. “dia mantan aku.” Lanjutnya lagi
Pras hanya ber-oh pelan, nyaris tanpa suara sedikitpun. Kalimat singkat itu cukup untuk memberi jawaban mengapa tadi Vani begitu gugup ketika bertemu Fatur.
“pantas tadi kamu gugup.”
“aku tidak gugup!” sangkal Vani dengan segera. Mukanya seketika menunduk.”aku…aku tidak grogi kok…”
“ya sudah kalau begitu, aku pulang ya?”Pras menghidupkan mesin motornya.
“kamu…” Vani memegang tangan Pras, “kamu..tidak marah kan sama aku?” Tanyanya takut.
“katakana padaku, kenapa aku mesti marah sama kamu?”Pras menatap mata Vani dalam dalam. “ya tidaaklah ! dasar wanita yang aneh!”
Vani memukul pelan lengan Pras. Mukanya merengut manja. “iihh…kamu tuh yang aneh..”
Pras terkekeh sambil mengacak acak poni Vani, sementara itu dia tahu hatinya telah bergetar kencang. Selalu, setiap kali dia berada bersama Vani. Gadis itu selalu membuat hatinya bisa berdesir hebat. Melihat manjanya Vani membuat Pras tidak ingin pergi darinya walau sedetikpun. Melihat polosnya gadis itu, membuat Pras ingin selalu menjaganya. Terutama ketika melihat senyumannya. Merupakan hal yang paling Pras suka dari Vani. Membuatnya tak ingin kehilangannya.
Pras terdiam lama menatap Vani. Melamun seraya membayangkan mereka berdua.
“tadi katanya mau pulang?” Vani menginterupsi lamunan Pras.
“jadi mengusir nih??”
Kali ini Vani yang terkekeh. Dan Pras bersumpah tidak ingin kehilangan tawa itu.

“kamu bilang motornya mau dipakai kan?” Vani mengingatkan Pras.
“iya iya, ini mau pulang.” Pras menatap Vani sekali lagi. Wajah Vani memerah. Dia mencubit lengan Pras.
“aduuuhhh.. kok nyubit sih??”
“habisnya kamu..aku tuh paling tidak bisa kalau dilihatin seperti itu.”
“dan aku paling tidak bisa kalau tidak melihat kamu sebentar aja,” gombal  Pras sambil mengelus bagian tangannya yang sakit karena dicubit.
“Gombal!” Vani mencibir.” Sudah sana pulang..diomelin lho nanti!”
“iya nih, masih kangen sama kamu.”
“iihh..Dasar buaya kamu Pras”
Vani tersipu, Mukanya yang putih bersih memerah seperti warna langit biru yang terhias lukisan pelangi, sangat indah. membuat Pras makin gregetan menggoda Vani.
“biarpun  buaya, tapi suka kan?”Pras kembali menggoda Vani.
“yak kan soalnya aku penyuka binatang..hehehe…sudah,  jalan sana. nanti tidak pergi pergi lagi.”
“iya, yaudah kamu masuk sana. Nanti masuk angin lalu muntah muntah seperti waktu itu lagi.” Pras mengingatkan.
Vani menggeleng.”Itu kan sudah sebulan yang lalu. Sekarang ya sudah sehat. Sudah pergi sana.”
“iya, dadahhh” Pras akhirnya pulang.
“daaah. hati hati ya”..
Udara senja memberikan kehangatan dalam hati mereka. Mentari turun perlahan, turut memberikan ucapan bahagia untuk sepasang sejoli yang tersenyum padanya. Tersenyum pada suasana yang akan berganti, menjadi suasana syahdu penuh rasa syukur.


*******

“Jadi, si Vani masih belum jadi pacar kamu Pras?” Tanya Ahmad ditengah tengah obrolan mereka diwaktu makan siang mereka.
“belum.”
“Sudah kamu tembak lagi belum? Aku heran sama kau. Kenapa sih kalian berdua tidak ‘jadian’ saja?” Malik heran.
“iya. Dekatnya saja sudah seperti orang yang bermahligai cinta. Memangnya si Vani takut untuk membuat komitmen?”
“aku sudah pernah nembak dia lagi, aku sudah berusaha meyakinkannya. Tapi dia malah lebih ingin seperti ini saja.”
“seperti ini saja bagaimana?” Ahmad heran. Sembari menyulut rokoknya.
“Ya seperti ini saja. Tidak perlu ada acara tembak tembakan, tapi kita berdua yakin sama perasaan masing masing. Lagi pula. Aku pikir, aku juga sudah bukan anak kecil lagi kan? Sudah terlalu udzur untuk disebut ABG yang selalu memakai acara katakana cinta, dan mengklaim moment itu sebagai tanggal keramat, tanggal anniversary. Aku tahu Vani sayang sama aku, dia sudah pernah bilang. Dan dia memang membuktikan omongannya.”
Malik dan Ahmad manggut manggut tanda mengerti. Mereka tak menyangka. Pras menjadi pria yang sangat bijak. Dan ini semua efek dari cinta.
“tapi, akhir akhir ini. Vani kok agak gemukan ya? Kau kasih makan apa tuh Pras?” Tanya Malik.
“memang iya ya? Baguslah. Biar tidak kurus kurus sekali. Nanti dikira orang orang aku sebagai pacarnya tidak memberinya makan lagi..hhe”
Mereka pun tergelak bersama..

****

Namun tidak ada seorangpun yang mengetahui hari esok. Tidak siapapun. Termasuk Pras.
Tepat Seminggu berlalu  setelah obrolan Pras dengan Ahmad dan Malik sewaktu makan siang. Pras merasakan ada yang lain dari Vani. Gadis itu tiba tiba berubah. Dia seperti menghindar. Pras cukup peka untuk hal hal seperti ini. Termasuk  dalam hal sms yang jarang dibalas dan telepon yang lebih sering tidak diangkat. Malahan ponselnya jarang diaktivkan. Dan lebih parahnya lagi, Vani sulit sekali ditemui.

Vani hanya diam.Pras yang duduk disebelahnya sadar ada yang tidak beres.semalam Vani SMS meminta untuk bertemu.
“Sakit,Na?”Tanya Pras.Vani menggeleng
Ditanya apapun,Vani tetap bungkam.Pras mulai panik dan was-was
Vani menghela nafas panjang.membuat Pras tahu kalau ada yang tengah Vani pikirkan.Rasa penasaran Pras makin menjadi jadi.dia mencoba mencari jawaban dengan menatap mata Vani yang sedang memandang kosong kedepan.digenggamnya tangan Vani.gemetar.Pras semakin yakin ada yang tidak baik baik saja
“jangan buat aku bertanya Tanya begini.aku mohon.kamu jangan mendiamkan aku seperti ini”
Vani kembali menghela napas.ia menatap Pras
“Pras..”suaranya lirih.”kamu sayang sama aku kan?”
Pras mencoba tersenyum
“sebenarnya kamu tidak perlu bertanya kan untuk tahu itu?”
Vani tersenyum tipis.”Kalau kamu sayang sama aku,kamu mau melakukan apapun demi aku?”
Pras curiga,tetapi tetap mengangguk
Sekali lagi Vani tersenyum.tetapi kali ini ada yang berbeda.Ada yang beda,ada yang pahit,ada yang sakit
“aku pernah cerita tentang Fatur kan?”
Mendengar nama itu,Pras agak panas.meski begitu,ia tetap mengangguk
“aku putus dengannya tiga bulan yang lalu.”
“aku tahu.kamu pernah cerita.”
“itu..dua minggu setelah aku dengan tidak sadar memberikan apa yang disebut ibuku ‘harta perempuan’.”
Pras tecekat.napasnya tertahan.sesak menyerangnya tiba-tiba.
“maaf kalau aku tidak pernah cerita.sejak aku dekat denganmu,sejak aku tahu dengan pasti perasaan kamu ke aku,terlebih saat tahu betapa besar sayang kamu.aku jadi takut.”Vani menelan ludah
”aku takut menyakiti kamu pada akhirnya.tapi ketakutan aku yang paling besar adalah aku takut kehilangan kamu.meskipun aku sadar kamu pasti akan meninggalkan aku.”
Pras tertegun
“Pras,aku..aku hamil.ada janin didalam perutku.tiga bulan..disini”Vani meraba perutnya
Pras merasa ada petir seketika menyambar.petir itu keras.membuatnya kaget setengah mati.dan kemudian menghancurkan hatinya
Pras diam terpengkur.mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini semua mimpi.tapi ini semua nyata.tiba tiba ada yang terjatuh mengenai tangannya.Basah,air mata Vani
“aku benar benar minta maaf.aku sudah menjadi orang yang paling jahat buat kamu.”
Vani diam lagi.tangis semakin deras.kini suaranya terdengar parau.karena dipaksakan keluar diantara isak tangisnya
“Aku tidak mungkin terus sama kamu.aku tidak berhak mendapatkan cinta suci kamu.ini tidak adil untukmu.aku mau,kita berjalan sendiri sendiri.aku mau..kita cukup sampai disini.”
Pras tertunduk.ini memang tidak adil baginya.tapi bukan berarti semudah itu ia melepaskan Vani.sementara ia tahu,Vani lah yang sebenarnya yang paling sakit
Pras benar benar tidak tahu harus bagaimana.ia tak menyangka adegan disinetron itu akan dialaminya
“kenapa harus ini yang kamu minta?kamu boleh minta apapun.asal jangan minta untuk berpisah.”sesak makin memenuhi hati Pras
“aku sayang sekali sama kamu Na,kamu tahu itu.”
Keduanya terdiam
Lama
Sepi berkuasa
Hening meraja
***
Perih hati Pras ketika terngiang kata kata Vani.Kata-kata seminggu yang lalu
Pras memandang fotonya bersama Vani.ia menatap dalam foto itu.Lama.sangat lama.
Pras mengusap pipi Vani difoto.tiba tiba dia terbayang senyuman gadis itu,tawa renyahnya,terbayang semua akan memori indah bersamanya.
“izinkan aku selalu menjadi udara yang kau hirup,aku tidak tahu jalan untukku melangkah,karena didekatmulah seharusnya aku berada”
seketika airmatanya meluruh
Sesendu lagu sedih memenuhi playlist diponselnya
lirik lagu Without you dari Mariah Carey masuk perlahan kehatinya.bukan untuk bersenandung disitu.tapi untuk memukulnya
***
Pras duduk dibangku taman kampus.Ia membuka sepucuk surat.surat dari Vani yang dititipkan kepada Malik.ada tulisan Vani.Pras menarik nafas panjang untuk memberi kekuatan dihatinya
Dear Pras
Perpisahan adalah hal yang paling berat dalam cinta.Andai Tuhan tidak menciptakan pertemuan satu set dengan perpisahan.aku yakin ini tak mungkin terjadi
Tapi Tuhan berhak menentukan segalanya.dan aku yakin ini yang terbaik
Tiga hari yang lalu Fatur kerumahku.dia tahu aku sedang mengandung anaknya.dia menyesal dan minta maaf.dan dia mau bertanggung jawab.dia mau mengulang semua dari awal.dan ini amat menyakitkan karena aku harus kehilangan kamu.maafkan aku Pras.sudah mengecewakan kamu,maaf kalau aku tidak bisa ada disisimu lagi.maaf Pras
Kita memang tak bisa bersama.Tapi Tuhan cukup memberiku kesempatan untuk mengerti bahwa aku mendapatkan apa yang orang lain belum tentu bisa mendapatkannya.semoga kamu mengerti.terkadang hal yang miliki sebentar lebih berharga daripada yang selamanya kita miliki.dan aku bersyukur.walau tak lama.pernah bagian dari hari-harimu
Kamu,hal terindah dalam hidupku

Pras menangis.Ia melipat surat itu.ia memejamkan matanya,mencoba membubarkan rasa sakit itu.tapi gagal
“Tuhan memberiku kesempatan untuk jatuh cinta sama Vani.sekarang waktunya aku belajar melepasnya”
Pras membatin.ada doa yang dipanjatkannya.Pras berdiri dari duduknya dan melangkah seraya membatin,”kamu juga hal terindah dihidupku,Na”
***
Pras berjalan menuju kafe favoritnya.Ketika kafe sudah tampak olehnya,tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.persis dekat pintu kafe,tampak Vani tengah berjalan dengan Fatur.Pras masih tertegun di tempatnya berdiri,bingung dengan apa yang harus dia lakukan
Betapa sulit bagi Pras untuk bisa biasa saja menghadapi gadis yang sampai saat ini belum juga beranjak dari hatinya
Pras masih bingung memutuskan,haruskah mendatangi atau berbalik pergi?Sementara itu dirinya melihat Fatur dengan sigapnya menuntun Vani.Perut gadis itu mulai membengkak.Dengan baju baby doll biru,dia nampak sangat cantik
Tanpa disadari,bukannya berjalan mendekati Vani,Pras malah mundur dan bersembunyi di balik pohon yang ada di dekatnya.Dia terus memandangi dua manusia yang berjalan perlahan itu.tapi,Pras merasakan Vani tidak pernah pergi jauh.tidak akan pernah sedetikpun
Sesaat Pras menahan napas.Ini yang harus dia terima.meskipun dia tahu,rasanya sangat menyakitkan
Akhirnya Pras berbalik,nafsu makannya lenyap.Dia pun melangkahkan kakinya semakin jauh,jauh dari Vani yang tengah berjalan ke arah yang berlawanan

Dan kata-kata, berpindah ke dalam benak masing-masing. Menjadi monolog dan rahasia hati.

0 komentar:

Posting Komentar