Taubatan Nasuha dari Kebiasaan Merokok



Ternyata tak semua orang menginginkan untuk terus merokok sepanjang hidupnya. Banyak pecandu yang ingin tobat dari kebiasaan merokok Banyak pecandu rokok yang menginginkan untuk menghentikan kebiasaan merokoknya, beberapa di antaranya masih mengalami kesulitan dalam memulai proses berhenti merokok. Selain iu, tindakan pencegahan untuk mencegah para remaja mencoba merokok juga amat perlu.

Dilakukannya kampanye “anti rokok” dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya pencegahan dalam merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televisi atau radio. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat remaja mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orangtua.Dukungan sosial baik dari keluarga atau masyarakat untuk berhenti merokok Program iklan layanan masyarakat di TV tentang ajuran tidak merokok atau menampilkan tokoh idola atau model yang tidak merokok.

Untuk para pecandu yang ingin tobat, mereka harus menjalani terapi berhenti rokok. Ada dua syarat pokok sebelum terapi,yaitu yang pertama adalah “niat”, perlu ditumbuhkan niat dalam diri seseorang untuk mau berhenti merokok.Syarat yang kedua adalah adanya dukungan dari orang-orang terdekat yang berpengaruh terhadap perokok, karena disamping adanya keinginan dari dalam atau niat perlu juga dukungan dari luar atau lingkungan terdekat. Disamping kontrol diri, adanya kontrol dari orang lain sangat membantu kesuksesan perokok untuk berhenti merokok.Ken Doss (Suwarti, 2007) memberikan penjelasan tentang salah satu metode yang bisa diterapkan untuk membantu perokok yang ingin berhentidari kebiasaan merokok, yaitu dengan metode “warm pheasant ” melalui beberapa tahapan, yaitu:

Tahap I, merupakan tahap persiapan untuk berhenti merokok (biasanya berlangsung skitar 1 minggu), yaitu dengan cara: Menandai tanggal berniat untuk “berhenti merokok” pada kalender seminggu sebelumnya. Tiap batang rokok yang telah dihisap ditandai dengan/ dan dimasukkan dalam bungkus rokok Setiap ada keinginan merokok tundalah selama 10 menit. Kumpulkanlah puntung-puntung rokok yang telah dihisap dalam “botol puntung rokok”, pandangi dan pikirkanlah ternyata begitu banyak rokok yang telah anda hisap selama seminggu.

Tahap II, merupakan tahap untuk berhenti merokok (kira-kira berlangsungselama 1-2 munggu), yaitu dengan cara: Buang semua rokok dan peralatan atau barang-barang yang berkaitan dengan rokok, misalnya asbak, korek api, dll. Bila muncul keinginan merokok, usahakan rileks, tarik nafas dalam-dalam dan keluarkan secara perlahan-lahan. Ulangi teknik ini selama 5-10 menit.Mengubah kebiasaan yang dapat mengingatkan pada rokok, misalnyas etelah makan langsung pindah tempat atau melakukan aktivitas lain sebelum berfikir untuk mengambil rokok atau dengan makan permen setelah makan. Jagalah tangan untuk selalu sibuk dengan memegang sesuatu misalnya pena atau HP. Membuat “bank rokok” yaitu kumpulkan uang yang seharusnya untuk membeli rokok ditabung dan lihat berapa jumlahnya uang yang terkumpul.


Tahap III, merupakan tahap hidup tanpa rokok (kira-kira sekitar 3 bulan waktu yang dibutuhkan untuk berhenti merokok), yaitu dengan cara: Ingatlah selalu bahwa kecanduan merokok “pasti berlalu”Selalu perbaharui komitmen untuk menjauhi rokok setiap hari. Hati-hati dengan penggoda (bisa teman, sahabat atau pacar yang akan mengembalikan pada kebiasaan merokok). Berbicaralah dan carilah dukungan dari teman-teman yang tidak merokok Buatlah daftar keuntungan yang telah diperoleh selama berhenti merokok, misalnya: badan terasa lebih sehat, makanan terasa lebih enak, baju tidak bau, hemat, dll. Lakukan selalu teknik relaksasi untuk mengurangi dorongan merokok dan mengubah kebiasaan-kebiasaan yang mengarah ke kecenderungan merokok.


Motivasi awal untuk berhenti merokok dapat diperoleh dari berbagai macam sumber yang berbeda pada setiap orang. Misalnya, dari perubahan cara pandang beragama dari ritualitas menjadi pemaknaan (penuh kesadaran), ataupun dapat juga dari tekanan sakit fisik yang amat kuat dengan risiko tinggi (kematian) apabila tidak menghentikan perilaku merokoknya. Keberhasilan berhenti merokok berbeda satu dengan lainnya, tergantung pada penyebab awal merokok, rentang waktu menjadi perokok, dosis rokok yang dihisap, dan kuatnya gejolak yang dialami. Dan bukan merupakan hal yang mudah untuk dapat berhenti merokok meski telah memiliki keinginan. Terutama seorang perokok yang berada pada level merokok yang berat, yakni rentang waktu yang lama dan dosis yang tinggi maka akan dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk dapat berhenti merokok. Sebaliknya gejolak atau lika-liku pengalaman merokok yang semakin banyak, rumit dan terasa berat oleh perokok, maka akan semakin memperbesar potensi perokok tersebut untuk berhenti, karena gejolak yang terjadi dapat menimbulkan kesadaran yang pada gilirannya akan memunculkan kesadaran untuk menimbang (evaluasi) perilaku merokoknya.




Referensi:


Buchanan K. (2006). Quit Smoking for Chicks. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia

Efendi, Mohammad. Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengendalikan Kebiasaan Merokok di Kalangan Siswa melalui Peningkatan Perceived Self Efficacy Berhenti Merokok. (http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/56/ penggunaan.htm. diakses tanggal 06 Maret 2012)

Husaini, Aiman. (2006). Tobat Merokok: Rahasia dan Cara Empatik Berhenti Merokok. Bandung: Pustaka IIMaN, 

Jacken, A (2002). Bye-bye Smoke: Buku Panduan Ampuh untuk Berhenti Merokok.Jakarta Barat: Nexx Media

Nainggolan, DR. (2006). Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil.
Bandung : Indonesia Publishing House

http://www.pikiran-rakyat.com/ artikel/ 0802.htm. Perlu Tekad Besar Hidup tanpa Merokok. diakses tanggal 6 Maret 2012

http://www.antirokok.or.id/ berita/berita_rokok_kesehatan.htm.Merokok dan 
Kesehatan. diakses tanggal 6 Maret 2012

Remaja Indonesia Terkepung Iklan Rokok

Sepanjang jalan Jakarta-Bogor, atau saat berkendara di jalan jalan lain, iklan rokok tak putus-putus. Dalam jangka panjang orang-orang yang melihat, termasuk anak-anak memiliki pemahaman bahwa merokok bukan persoalan yang membahayakan, jadi terkesan sangat biasa. 

iklan merupakan elemen yang sangat penting dan sebagai salah satu dari ujung tombak dalam menunjang keberhasilan pemasaran suatu produk. Sebagaimana yang dituturkan oleh Terence A. Shimp bahwa iklan dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan (Shimp, 2003:357).

Dewasa ini iklan rokok merupakan salah satu faktor terbesar dalam mempengaruhi remaja untuk mencoba merokok. Iklan-iklan rokok semakin lihai menjerat konsumen. Tidak jarang, hal-hal positif diselipkan dan disalahgunakan untuk menanamkan persepsi tentang merokok yang sebenarnya menjerumuskan. Dalam peraturan memang tak boleh ada iklan yang menunjukkan display atau batang rokok. Tetapi perusahaan rokok semakin lihai dan pembuat iklan yang dibayar mahal oleh perusahaan rokok pun cukup pintar. Mereka berupaya bagaimana caranya agar masuk dalam persepsi masyarakat bahwa it's oke untuk merokok.

Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan, indenpendensi, dan berontak dari norma-norma, dimanfaatkan para pelaku industri rokok dengan memunculkan selogan-selogan promosi yang mudah tertangkap mata dan telinga serta menantang. Iklan-iklan itu misalnya yang memakai ilustrasi solidaritas dan keakraban teman. Dalam suatu iklan rokok misalnya digambarkan bagaimana seseorang yang rame-rame dengan temannya. Lalu ada pula yang kesusahan dibantu oleh teman-teman lain. Kesannya, merokok seakan-akan dapat mengakrabkan, dengan merokok seakan-akan ada norma-norma positif yang terbentuk. Selain itu iklan rokok menawarkan citra seorang perokok sebagai seorang yang tangguh, kreatif, penuh solidaritas, macho modern dan lain sebagainya, sehingga remaja tertarik untuk mengadopsi rokok tanpa menyadari bahayanya. 

Dokumen internal industri rokok multinasional Philip Morris yang juga pemilik terbesar PT. HM. Sampoerna mengungkap bahwa “Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok…, pola merokok remaja penting bagi Philips Morris”. Pernyataan yang terungkap dalam dokumen tersebut membuktikan bahwa adanya upaya untuk menjerumuskan generasi muda kedalam jeratan rokok.

Salah satu iklan rokok yang digemari remaja adalah iklan rokok A Mild dengan label “A”, diproduksi oleh PT HM Sampoerna Tbk, selalu melakukan perubahan dan pembaharuan sesuai dengan keinginan para remaja yang ingin mencoba hal yang baru. Rokok tersebut menawarkan keamanan dan kenyamanan 

merokok dengan rendah kadar Tar dan Nikotin, serta adanya selogan yang selalu segar bagi para remaja misalnya tema “ "bukan Basa Basi", "go ahead ", “asyiknya rame rame”, “teman yang asyik” gak ada lo gak rame”, “ada obsesi ada jalan”, dan “yang penting hepi". Slogan tersebut sangat efektif dalam memengaruhi remaja bahwa remaja senang dengan keterbukaan, dan berhak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan 

orang dewasa (Purwaningwulan, 2007). Demikian halnya iklan rokok yang lainnya, disamping ada unsur humor yang digunakan untuk menarik perhatian remaja, juga terdapat makna pesan-pesan yang secara tersembunyi yaitu kritik sosial pada perilaku pelanggaran yang kadangkala juga dilakukan oleh para remaja. Merek rokok lain seperti Gudang Garam, Djarum, dll, juga memiliki slogan slogan yang bagus. Seprti “pria punya selera”, “expresikan aksimu”, “my life my adventure”, “Super Taste for Super People”, dan “buktikan merahmu”. Slogan slogan tersebut seakan akan ingin membuat suatu gambaran jika seorang lelaki akan terlihat lebih keren dan jantan apabila mereka merokok.

Iklan model tersebut memang sangat efektif dalam mempengaruhi persepsi konsumen terutama kalangan anak-anak, remaja dan dewasa muda. Hal ini dikarenakan pola pikir mereka belum terlalu matang, cenderung labil sehingga masih mudah sekali untu dipengaruhi.

Selain iklan, perusahaan rokok memakai musik sebagai pintu masuk ke kawula muda. Sebab musik terbukti menjadi bahasa, sumber ide, dan tren anak muda. Tak mengherankan, mensponsori pertunjukan atau festival musik menjadi kampanye below the line ampuh andalan perusahaan rokok. Buktinya, ribuan konser musik dengan sokongan perusahaan rokok digelar di Indonesia sejak era 1980-an. Mulai era Djarum Rock Festival hingga yang paling baru semacam ClassMusic dan A Mild Rising Stars. Dalam event tersebut mereka bahkan membagikan rokok gratis atau mudah mendapatkannya dengan menukarkan potongan tiket masuk acara tersebut. 

Tak berhenti di iklan dan musik, pintu lain yang juga terbuka adalah olahraga. Malah, sampai kini, hampir tiap jenis olahraga populer identik dengan sponsor rokok. Contohnya, Gudang Garam yang menjadi tulang punggung operasional Persatuan Sepak Bola Kediri di Kediri, Jawa Timur. Djarum membuat klub bulu tangkis di Kudus, Jawa Tengah. Plus stempel Liga Djarum dan Copa Dji Sam Soe untuk kompetisi sepak bola.




Referensi:

Gatra (2008), Melepas Jerat Racun Rokok Anak Indonesia. Arsip majalah gatra (online), (http://arsip.gatra.com/artikel.php?id=115410, diakses pada 1 Maret 2012). 

Nurul Fazri A (2009) Remaja dan Iklan Rokok (Studi Fenomenologi Tentang IklanProduk Rokok LA Lights Dalam Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja).Universitas Brawijaya. Malang


Purwaningwulan, (2007). Fenomena Iklan Rokok Sampoerna A Mild Dalam Persfektif Semiotika Komunikasi, Majalah Ilmiah UNIKOM. Bandung.


Rozi, Fahrur Illahi (2011), Rokok part 2 (Iklan Rokok). (http://www.catatankunangkunang.com/2011/12/rokok-part-2-iklan-rokok.html, diakses pada tanggal 5 maret 2012)


Remaja tekepung Iklan rokok (2009). Kompas. (http://kesehatan.kompas.com/read/2009/06/22/18291722/Remaja.Terkepung.Iklan.Rokok, diakses tanggal 5 Maret 2012).


Widiyarso, Joko (2008) Iklan Rokok Merajalela, Remaja Perokok Meningkat, (http://gudeg.net/news/2008/05/3595/Iklan-Rokok-Merajalela, Re-maja-Perokok-Meningkat.html, diakses 3 Maret 2012). 





Perilaku Merokok Pada Remaja


Remaja merupakan aset penting negara dan merupakan bagian penting untuk memajukan negara di masa depan. Untuk memajukan negara, negara itu harus mempersiapkan para generasi muda yang kompeten baik secara fisik dan mental. Dalam hal perkembangan fisik, pemerintah harus memberi perhatian yang lebih, mengingat banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik remaja, salah satunya adalah bahaya merokok.


Salah satu karakteristik umum dari perkembangan remaja yang paling berpengaruh pada kehidupan remaja itu sendiri adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (Ali.M, 2010). Oleh karena rasa keingin tahuannya yang tinggi itulah para remaja memiliki keinginan, fantasi, angan angan yang membuncah dalam berbagai hal yang belum pernah dicobanya, bepertualang, menjelajah berbagai hal yang berbeda. Selain itu, karena didorong oleh rasa keinginan menjadi seperti orang dewasa ataupun ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi orang dewasa serta meniru hal hal yang biasa dilakukan orang dewasa. 


Menurut dimensi psikologi masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-ratamemerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood senang luar biasa´ ke sedih luar biasa´, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing ) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. 


Masa remaja adalah masa dimana individu berada pada ambang dewasa sehingga remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Para remaja menganggap bahwa perilaku tersebut akan memberikan citra seperti yang mereka inginkan yaitu dianggap sebagai individu yang telah dewasa.


Erik H. Erikson (dalam Komalasari & Helmi, 2000) menyatakan bahwa keputusan seorang remaja untuk merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya, yaitu masa mencari identitas diri seperti usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. Dalam masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial. Tugas utama seorang remaja adalah mengintegrasikan berbagai macam identifikasi yang mereka bawa dari masa kanak-kanak menuju identitas yang lebih utuh (Miller, 1993). Usaha-usaha untuk menemukan identitas diri tersebut tidak semuanya berjalan sesuai harapan, oleh karenanya beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. 


Tak heran jika kita sering melihat para remaja, baik yang duduk di bangku SMA atau malah masih berseragam SMP. Kita dapat dengan mudah menemukan Remaja SMA atau SMP yang sedang merokok di tempat tempat umum seperti tempat perbelanjaan, halte bus, tepian jalan, dll. Mereka merokok dengan bebasnya dan tanpa rasa bersalah walaupun ada juga sebagian remaja yang merokok secara sembunyi sembunyi. Mereka seakan bangga dengan perilaku merokoknya dan merasa keren jika mereka merokok.


Smet (1994) mengatakan, bahwa permulaan seseorang untuk merokok terjadi akibat lingkungan sosial. Meniru Perilaku orang lain (modelling) menjadi salah satu determinan dalam suatu permulaan perilaku merokok (Sarafino, 1990). Sejalan dengan perilaku diatas, Lewin (Komalasari & Helmi, 2000) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu, artinya perilaku merokok selain di sebabkan oleh dorongan dari diri sendiri, juga dari pengaruh lingkungan (seperti melihat orang tua yang merokok ataupun teman sebaya, juga pengaruh iklan).


Referensi:

Atom (2006). Perilaku Merokok pada Remaja. kumpulblogger.com (diakses tanggal 3 Maret 2012)

Gatra (2008), Melepas Jerat Racun Rokok Anak Indonesia. Arsip majalah gatra (online), (http://arsip.gatra.com/artikel.php?id=115410, diakses pada 1 Maret 2012).

Komasari dan Helmi, F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi

Kemala N, Indri. (2007). Perilaku Merokok pada Remaja. Semarang: Digital USU.

Mu’tadin, Zainul. 2002. Remaja dan Rokok, (online), (http://herbalstoprokok.wordpress.com/2009/02/04/remaja-dan-rokok, diakses 28 Februari 2012).

Nasution, KI (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi. Medan : Universitas Sumatra Utara Medan

Smet, B (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT gramedia.

Widianti E. 2007. Remaja dan Permaslahannya : Bahaya Merokok, PenyimpanganSeks pada Remaja, dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras/Narkoba.Universitas Padjajaran. Jatinangor









Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Mencoba Merokok


"Awalnya sih coba coba, penasaran seperti apa sih rasanya merokok itu, kayanya enak ngeliat orang orang ngerokok. Pertama batuk batuk, lama lama ketagihan."


Begitulah kira kira penuturan sebagian orang ketika ditanya bagaimana awal mulanya mereka merokok. Rokok memang benar benar sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat. Bahkan untuk sebagian orang, mereka lebih memilih untuk tidak makan nasi ketimbang tidak merokok. sebegitu aditktif kah mereka, seakan akan tidak bisa hidup tanpa rokok. Jika mereka bisa memutar ulang waktu mungkin mereka ingin kembali kemasa lalu untuk mencegah diri dari mencoba rokok. Faktanya, banyak faktor bagi seseorang untuk mencoba merokok. terutama untuk remaja yang secara psikologis masih labil dan serba ingin tahu. Sangat sulit untuk menghindari faktor faktor penyebab merokok dalam keseharian sehari hari.


Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok, yaitu :

Lewin (dalam Komasari & Helmi, 2) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok disebabkan oleh faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orang tua yang merokok dan teman sebaya yang merokok).

Menurut Oskamp (Smet, 1994) seseorang mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial : teman-teman, kawan sebaya,orang tua, saudara-saudara dan media. Sedangkan menurut smet (1994) menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat pendidikan.

Menurut Leventhal (Smet, 1994) merokok tahap awal itu dilakukan dengan teman-teman (64%), seorang anggota keluarga bukan orangtua (23%), tetapi secara mengejutkan bagian besar juga dengan orang tua(14%). Hal ini mendukung hasil penelitian Komalasari dan Helmi (2000) yang mengatakan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orangtua terhadap perilaku merokok remaja dan pengaruh teman sebaya. 

Sedangkan hasil Wulandari (2007) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada dewasa awal yaitu afeksi negatif, lingkungan (teori belajar sosial), persepsi kontrol perilaku, sikap dan norma-norma subyektif. Riset mengungkapkan sebanyak 54,59% remaja dan perempuan merokok dengan tujuan mengurangi ketegangan dan stres. Lainnya beralasan untuk bersantai 29,36%, merokok sebagaimana dilakukan pria 12,84%, pertemanan 2,29%, dan agar diterima dalam kelompok 0,92%.

Menurut Brandon (1994) merokok digunakan untuk mengatur afeksi,terutama afeksi negative yaitu perasaan sedih, marah dan distress. Bahkan lebih dari setengah penyebab kambuhnya perilaku merokok berhubungan dengan afeksi negative (Bliss, Garvey, Heinhold & Hitchcock, 1989,Shiffman 1982; shiffman, Hickcock, Paty, Gnys, Richard & Kassel, 1997).


Menurut Mu’tadin (dalam Nasution, 2007), faktor penyebab seorang remaja merokok adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, faktor kepribadian dan pengaruh iklan.

a. Pengaruh orang tua. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif. Orang tua yang merokok bisa menjadi contoh yang paling kuat bagi anak dalam memutuskan merokok .Keluarga yang terbiasa dengan perilaku merokok dan menjadi permisif dengan hal tersebut sangat berperan untuk menjadikan anaknya terutama remaja untuk menjadi perokok. Kebiasaan merokok pada orang tua berpengaruh besar pada anak-anaknya yang berusia remaja. Ini dikarenakan masa remaja merupakan masa pencarian identitas dan masa dimana individu mulai ingin mencoba-coba sesuatu hal yang baru termasuk merokok. Orang tua terkadang tidak menyadari bahwa setiap kepulan asap yang dihembuskan dari sebatang rokok yang dihisapnya tidak luput dari perhatian anak.

b. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.

c. Faktor kepribadian. Orang mencoba merokok adalah karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit, membebaskan diri dari kebosanan.

d. Pengaruh iklan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.


Subanada (2004) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok:
- - Faktor Psikologis, merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri,sifat ingin tahu, stress, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakanhal-hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu,individu dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami.

- - Faktor Biologis, faktor genetik dapat dapat mempengaruhi seseorang untuk mempunyai ketergantungan terhadap rokok. faktor lain yang mungkinmengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakanadanya efek bermanfaat dari nikotin. Proses biologinya yaitu nikotin diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalandan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akanmerasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik.Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yangmengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yangmenyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudahketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmatyang diperolehnya akan berkurang.

- - Faktor Lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media.Orang tua memegang peranan terpenting, selain itu juga reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua atau teman sebaya, hal ini mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat rokok.


Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang merokok, antara lain yaitu faktor eksternal, kepribadian, psikologis, dan juga biologis.


Saat pertama kali mengonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco dependency (ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan perasaan tidak nyaman. Secara manusiawi, orang cenderung untuk menghindari ketidakseimbangan dan lebih senang mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dipahami jika para perokok sulit untuk berhenti merokok (Komalasari & Helmi, 2000). Padahal jika tidak pandai-pandai menjaga diri, rokok adalah awal dari terjerumusnya seseorang kepada obat-obatan terlarang. Jadi sangat perlu dan penting untuk menjaga orang orang terdekat dari rokok.





Referensi:


Haryono. 2007. Hubungan Antara Ketergantungan Merokok Dengan Percaya Diri. [online] tersedia di http://www.infoskripsi.com/Artikel-Penelitian/Ketergantungan-Merokok.html pada pada: 29 Februari 2012.

Komasari dan Helmi, F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi.

Nashori, F dan Indirawati, E. (2007). Peranan Perilaku Merokok Dalam meningkatkan Suasana Hati Negatif (Negative Mood States) Mahasiswa. Jurnal psikologi Proyeksi.

Poerwadarminta. (1995) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Trim, 2006, Merokok Itu Konyol, Ganeca Exact, Jakarta

Smet, B (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT gramedia


Mengenal Rokok serta Bahayanya

Rokok... benda yang sering kita temui dalam kehidupan sehari hari dimana saja. Tak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh belahan dunia. Definisi Rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang disalut dengan daun nipah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.

Berdasarkan Jenisnya, rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkusnya, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatannya, dan penggunaan filter (wikipedia.com).

Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
  • Klobot: pembungkus rokok terbuat dari daun jagung
  • Kawung: pembungkus rokok terbuat dari daun aren.
  • Sigaret: pembungkus rokok berupa kertas.
  • Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
  • Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
  • Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
  • Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
  • Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
  • Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. 
Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :
  • Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.
  • Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain.
Rokok berdasarkan penggunaan filter.
  • Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
  • Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

Kebiasaan merokok dewasa ini hampir dilakukan oleh segala kalangan. tua atau muda, pria ataupun wanita. Pengertian perilaku merokok menurut Sitepoe (2000) adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Subanada (2004) menyatakan merokok adalah sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Menurut Sumarno (Mulyadi, 2007) menjelaskan cara merokok yang lazim dibedakan menjadi dua cara yaitu cara yang pertama dengan menghisap dan menelan asap rokok ke dalam paru-paru kemudian dihembuskan. Cara yang kedua dilakukan dengan lebih moderat yaitu hanya menghisap sampai mulut kemudian dihembuskan melalui mulut atau hidung. Perilaku merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan dan menyebabkan ketergantungan pada perokok.Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency atau ketergantungan tembakau. Tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perlaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2000). Sementara Leventhal & Cleary (Komasari & Helmi,2000) menyatakan bahwa perilaku merokok terbentuk melalui empat tahap, yaitu: tahap preparation, initiation, becoming a smoker, dan maintenance of smoking.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya serta dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya yang dilakukan secara menetap dan terbentuk melalui empat tahap, yaitu: tahap preparation, initiation, becoming a smoker, dan maintenance of smoking. 

Tahapan merokok yang telah disebutkan diatas seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly ( Komasari & Helmi,2000), yaitu :

a. Tahap prepatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan.Hal hal ini menimbulkan minat untuk merokok. 

b.Tahap initiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

c.Tahap becoming a smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

d.Tahap maintenance of smoking
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

Memang bukan suatu rahasia lagi jika rokok mengandung bahan adiktif yang kuat. Sebagian besar orang yang mencoba coba untuk merokok akan berlanjut kepada tahap ketagihan. Peliknya, Indonesia sendiri termasuk salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Dalam hal ini Indonesia menempati urutan ke tiga setelah Cina dan India. Menurut data WHO 2008, sebanyak 65 juta orang adalah perokok atau 28 % per penduduk (~225 miliar batang per tahun).

Padahal, jika kita menelaah sisi positif dari kebiasaan merokok, kita hampir tak bisa menemukan satu pun sisi positif dari kebiasaan itu. Jika kita ditanya tentang bahayanya, kita pasti bisa menjawabnya dengan respon yang cepat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit.Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari secondhand-smoke, yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok, atau biasadisebut juga dengan perokok pasif. Zat kimia banyak terdapat pada rokok. Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogenoksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (WHO). 

Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelasakan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.











Referensi:

Kameswara, Iqbal P. S (2011), Remaja dikepung Iklan rokok. Fakultas kedokteran Program Studi Ilmu Gizi, Universitas Diponegoro.

Komalasari, D & Helmi, A.F (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja.(online)  tersedia di http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf (diakses pada: 27 Februari 2012).

Poerwadarminta. (1995) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Trim, 2006, Merokok Itu Konyol, Ganeca Exact, Jakarta

Triyanti. 2006. Kebiasaan Merokok, (online), (http://triyanti.blogspot.com/2007/07/kebiasaan-merokok.html, diakses 27 Februari 2012).

www.CancerHelps.co.id, Daftar 10 Negara Perokok Terbesar didunia (online), http://www.cancerhelps.co.id/en/Hot-News/daftar-10-negara-perokok-terbesar-di-dunia.html (diakses  pada 28 Februari 2012).